Jumat, 3 Oktober 2025

Erupsi Gunung Agung

Radius Bahaya Dipersempit 2 Kilometer, Status Gunung Agung Turun Jadi Siaga

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Agung dari Level IV (Awas) jadi Level III (Siaga).

Editor: Dewi Agustina
Tribun Bali/Saiful Rohim
Menteri ESDM bersama pejabat pusat, provinsi, dan pemkab memanta Gunung Agung, Sabtu (10/2) kemarin. Mereka nampak foto bersama dengan background Gunung Agung. TRIBUN BALI/SAIFUL ROHIM 

TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Agung dari Level IV (Awas) jadi Level III (Siaga).

Penurunan status disampaikan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, di Pos Pantau Gunung Api Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Sabtu (10/2/2018) pukul 10.00 Wita.

Radius rawan bahaya juga dipersempit dari 6 kilometer jadi 4 kilometer. Pengertiannya, Gunung Agung saat ini berstatus Siaga radius 4 kilometer.

"Kalau dulu statusnya Awas 6 kilo, sekarang Siaga 4 kilo. Penyempitannya 2 kilometer," kata Jonan, usai menggelar pertemuan tertutup di Pos Pantau.

Jonan menambahkan, PVMBG merekomendasikan penurunan status berdasarkan pengamatan kegiatan vulkanik Gunung Agung selama sebulan terakhir ini.

Kepala PVMBG, Kasbani, mengungkapkan aktivitas Gunung Agung mengalami penurunan signifikan. Dalam kurun waktu satu bulan, erupsi jarang terjadi.

Baca: Tanjakan Emen Kembali Memakan Puluhan Korban, Siapakah Si Emen?

Terakhir terjadi pada 24 Januari 2014 dengan ketinggian kolom abu sekitar 2.500 meter dari puncak.

"Aktivitas Gunung Agung saat ini relatif kecil, dan turun secara signifikan. Semua data, semua informasi, itu semua menurun. Potensi bahaya juga hanya di radius sekitar puncak berupa lontaran dan erupsi abu. Gunung Agung terpantau dengan baik," ungkap pria kelahiran Jember, Jawa Timur, ini.

Dari sisi kegempaan, kata Kasbani, sejak periode 27 November 2017 hingga 7 Februari 2018 jumlah gempa letusan yang terekam 34 kali dengan amplitudo 5-28 mm.

Hembusan jumlahnya sampai 1.408 kali, dan 4 kali gempa tremor harmonik. 447 kali gempa dangkal, dan 47 kali lokal.

Menurunnya jumlah kegempaan menandakan aktivitas magma di kedalaman dangkal menunjukan tren menurun dalam 1 bulan terakhir.

"Bulan (Februari) kegempaan menurun drastis. Per hari kadang 5 sampai 10 kali. Walaupun kegempaan menurun, petugas dari Bandung tetap pantau," kata Kasbani.

Sedangkan dari sisi GPS dan deformasi, kondisi Gunung Agung mengempis dibanding bulan September 2017 lalu.

Baca: Korban Meninggal Bertambah Jadi 27 Orang

Ini mengindikasikan jumlah magma mulai menurun sedikit demi sedikit.

Dari pantauan alat deformasi, volume magma di dalam gunung sekitar 20 jutaan.

"Jumlah magma sekarang lebih sedikit dibanding September 2017. Kalau dulu jumlah magma dalam Gunung Agung sampai 40 jutaan. Berarti 20 juta sudah keluar. Ini yang menyebabkan Gunung Agung mengempis hingga beberapa tiltmeter," tambah I Gede Suantika, Kepala Sub Mitigsi PVMBG.

Rasio gas juga alami penurunan drastis. Kader gas CO2 saat ini sekitar 20 PPMV.

Periode November hingga Desember 2017, rasio gas CO2 capai 75-100 PPMV. Konsentrasi SO2 juga menurun.

SO2 yang keluar perhari di bawah 400 ton. Tinggi rendah rasio gas menandakan aktivitas magma turun.

Adapun volume lava di permukaan kawah masih tetap sekitar 20 juta meter kubik, sepertiga dari volume kawah.

Walaupun aktivitas Gunung Agung alami penurunan, tapi potensi erupsi masih tetap ada dengan dampak 4 kilometer.

Warga sekitar diimbau tetap menjauhi kawasan di radius 4 kilometer.

"Di radius 4 kilometer sudah tak ada pemukiman warga. Masyarakat yang berada sekitar aliran sungai harus tetap waspada. Mengingat potensi ancaman bahaya skunder, seperti lahar hujan, bisa saja terjadi saat musim hujan," tambah Gede Suantika.

Baca: Haji Wagio Cemas Menanti Kabar Istri dan Adik Iparnya

Perbaiki Rumah Warga
Setelah status Gunung Agung diturunkan, Pemerintah Kabupaten Karangasem bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan memperbaiki infrastruktur dan pemukiman warga yang rusak akibat terkena dampak erupsi.

Kepala BNPB, Willem Rampangilei, mengatakan BPBD Provinsi Bali dan Pemkab Karangasem akan mengatur para pengungsi kembali ke rumah masing-masing.

Pihaknya meminta dalam waktu sebulan diharapkan semuanya bisa normal kembali.

"Untuk pemukiman dan infrastruktur yang rusak masih proses pendataan. Setelah didata baru diverifikasi, kemudian BNPB akan memperbaiki agar masyarakat bisa kembali ke rumahnya," kata Willem di Pos Pantau, kemarin.

Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Arthadipa, menyatakan Pemkab Karangasem bersama Pemerintah Pusat akan memberikan semua fasilitas agar masyarakat mau kembali.

Baca: Pegawai Bandara Juwata Dapat Upah Rp 4 Juta Antar 1 Kg Sabu dari Tarakan Menuju Balikpapan

Pemkab akan melakukan pemulihan infrastruktur yang rusak akibat terkena erupsi Gunung Agung.

"Pemkab juga akan berusaha memulihkan sektor pertanian supaya warga bisa kembali beraktivitas seperti semula," janji Arthadipa usai rapat tertutup.

Untuk sementara jalan yang mengalami kerusakan sekitar tujuh lokasi. Di antaranya di Rendang, Selat, Abang, Bebandam, dan Kubu.

Sedangkan jumlah rumah yang rusak belum diketahui.

"Sekarang masih proses pendataan. Untuk kerugian semuanya juga belum kita ketahui. Setelah pendataan baru kita tahu kerugiannya," imbuhnya.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved