Selasa, 7 Oktober 2025

Ternyata Ini Pemicu Cuaca Ekstrim di Indonesia Sepekan ke Depan

Cuaca ekstrem juga terpengaruh karena Siklon tropis Cebile di Samudera Hindia dan Siklon Tropis Fehi di Samudera Pasifik

Editor: Eko Sutriyanto
SURYA/SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO
CUACA EKSTRIM - Awan hitam memayungi Kota Malang terlihat di atas Kampung Tridi, Kelurahan Kesatrian, Kota Malang, Sabtu (25/11/2017). Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi malang menghimbau warga untuk waspada pertumbuhan awan konvektif yang menimbulkan cuaca ekstrim yang berdampak merugikan masyarakat seperti hujan intensitas lebat, badai, guntur dan angin kencang. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Prakirawan BMKG Bandung, Yuni Yulianti, mengatakan, cuaca ekstrem di wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat, selama beberapa hari ke depan bukan pengaruh dari fenomena super blue blood moon.

Untuk diketahui, analisis BMKG, potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi masih terjadi dalam jangka waktu 29 Januari-3 Februari 2018 di beberapa wilayah Indonesia.

"Tidak, cuaca ekstrem tidak ada pengaruh dari super blue blood moon," katanya kepada Tribun Jabar melalui pesan instan WhatsApp, Rabu (31/1/2018).

Cuaca ekstrem, lanjutnya, terpengaruh dari adanya pusat tekanan rendah.

Cuaca ekstrem juga terpengaruh karena Siklon tropis Cebile di Samudera Hindia dan Siklon Tropis Fehi di Samudera Pasifik.

Baca: Kemenhub Keluarkan Maklumat Pelayaran Antisipasi Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi

Dua siklon itu, ujar Yuni Yulianti, memberikan dampak angin kencang ke wilayah Indonesia bagian barat dan potensi hujan ringan hingga lebat.

Diberitakan sebelumnya, Kepala BMKG, Prof Ir Dwikorita Karnawati M Sc Ph D, menjelaskan, berdasarkan analisis pihaknya, potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat masih terjadi dalam jangka waktu seminggu ke depan (29 Januari-3 Februari 2018) di beberapa wilayah Indonesia.

"Hal ini disebabkan pada posisi saat ini, matahari berada di belahan bumi selatan. Akibatnya, suhu udara di belahan bumi selatan lebih tinggi daripada belahan bumi utara," katanya seperti dikutip Tribun Jabar dari siaran pers BMKG yang dikeluarkan pada Senin (29/1/2018).

Kondisi ini, lanjutnya, mengakibatkan adanya tekanan rendah di belahan bumi selatan.

Sehingga, terjadi aliran udara dingin dari belahan bumi utara tepatnya dari daratan Asia, termasuk Samudera Pasifik di sekitar Filipina atau bagian utara barat Pasifik, dan dari arah Samudera Hindia.

Aliran udara tersebut, semuanya menuju ke belahan bumi selatan tepatnya ke arah Australia.

Baca: Sido Muncul Ekspor ke Filipina, Mulai Maret 2018 Tolak Angin Dijual di Negerinya Duterte

Akibatnya, beberapa wilayah Indonesia bagian barat dan selatan terlewati aliran udara dingin Asia Samudera Hindia, dan Filipina.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved