Erupsi Gunung Agung
Tiongkok Hentikan Penerbangan ke Bali Hingga 2018
Pasca erupsi Gunung Agungbeberapa waktu lalu, sematan status ‘Awas’, kembali diberikan oleh PVMBG.
Namun pertumbuhan periode Januari-November 2017 tidak setinggi Januari-Oktober 2017.
Terlihat dari kenaikan pesawat di periode Januari-November 2017 hanya 5,84 persen dari periode yang sama 2016.
Kemudian check in penumpang periode Januari-November 2016 ke 2017 hanya tumbuh 7,81 persen.
Sementara rata-rata kargo periode Januari-November 2016 ke 2017 hanya 49,41 persen. Arie, sapaan akrabnya, berharap keadaan kembali normal seperti biasa dan bencana cepat terlalui.
Ketua Asita Bali, Ketut Ardana, juga mengetahui kabar ini.
“Memang kalau airlines China sudah dari beberapa hari lalu tidak terbang ke Bali,” katanya, Minggu (10/12/2017).
Tidak adanya penerbangan dari negeri tirai bambu ini, membuat isian hotel hanya sekitar 10-15 persen.
Jauh dari kondisi normal sekitar 60-65 persen.
“Nah dari sekitar 410 anggota Asita, sekitar 60 persennya adalah perusahaan yang berkonsentrasi di China market,” jelasnya.
Ia pun mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan, selain berdoa agar erupsi Gunung Agung segera berakhir dan kondisi kembali normal seperti sediakala.
Tak hanya Asita, PHRI, dan industri pariwisata yang merasakan dampak dari erupsi Gunung Agung.
Asosiasi Pedagang Valuta Asiang (APVA) DPD Bali juga merasakan hal serupa.
Julianto, pemilik PT Bali Primadana Gemilang, mengamini dampak erupsi Gunung Agung sangat besar.
“Sebab penerbangan sempat ditutup, otomatis tamu yang berkunjung juga tidak ada atau menurun jauh sekali,” katanya.
Padahal, menurut pria yang memiliki money changer di wilayah Kuta ini, seharusnya bulan Desember high season.