Senin, 29 September 2025

Kota Tegal Setiap Tanggal 22 Mei Memperingati Hari Kepenyairan, Ternyata Begini Kisahnya

Sastra telah berkembang. Baik populer, klasik, kontemporer, dan masih banyak lagi.

Editor: Sugiyarto
TRIBUN JATENG/BARE KINGKIN KINAMU
Istri almarhum Piek Ardijanto Soeprijadi saat ditemui Tribunjateng.com di kediamannya Jalan Cereme Kota Tegal. Ia asik membacakan satu bait tulisan Piek kepada Tribunjateng.com. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu

TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Sastra telah berkembang. Baik populer, klasik, kontemporer, dan masih banyak lagi.

Bagaimana dengan tulisan-tulisan sastrawan Indonesia tahun 1966?

Apakah masih bisa dinikmati oleh generasi masa kini?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu memiliki jawaban tersendiri bagi para penikmat sastra.

Waktu tidak akan pernah memusnahkan sebuah buku.

Termasuk buku-buku kumpulan puisi Piek Ardjianto Soeprijadi.

Baca: Sugiarto Hendak Pulang ke Semarang saat Bonek Melempari Truknya Memakai Batu

Begini sekelumit puisi Piek yang berjudul Suatu Siang Dalam Bulan Puasa Di Kota Batik.

Puisi ini ia tulis untuk sahabatnya yaitu Taufiq Ismail.

Polisi jaga mengusir resah 
Di samping empat lampu hijau merah 
Sesekali mobil lewat 
Orang mbarang nembang pindah tempat 
Makin mengundang rasa kantuk 
Pengemis tua terbatuk-batuk

Siapa yang pernah membaca Berawal dari Hudhud Hingga Negeri Kincir Angin?

Buku itu merupakan kumpulan puisi Piek.

Piek, begitu sapaan akrabnya merupakan budayawan kelahiran Magetan, 12 Agustus 1929.

Dia meninggal pada 22 Mei 2001 di Kota Tegal, Jalan Cereme.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan