Jumat, 3 Oktober 2025

Lewati Perjuangan Berat, Mantan Germo dan Pengantar PSK di Dolly Ini Sukses Berbisnis

Di kawasan eks Lokalisasi Dolly, terhitung ada 15 kelompuk UKM. Selain KUB Mampu Jaya, ada juga rumah kreatif pembuatan batik

Editor: Sugiyarto
Surabaya.tribunnews.com/Achmad Zaimul Haq
Desain motif daun jarak yang menjadi ciri khas produksi "Rumah Batik" di Jalan Putat Jaya Gang 8 B, Surabaya, Jumat (24/3). 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Di kawasan eks Lokalisasi Dolly, terhitung ada 15 kelompuk UKM.

Selain KUB Mampu Jaya, ada juga rumah kreatif pembuatan batik, UKM pembuat minuman dan makanan ringan, kerajinan tangan dari bahan bekas, blangkon, sablon, dan sebagainya.

Untuk bertahan dan maju seperti sekarang ini bukan hal mudah. Mereka harus berjuang sejak awal hingga sekarang.

Bahkan, perjuangan itu disebut masih panjang untuk bisa benar-benar mendapat kepercayaan dari konsumen dan masyarakat luas.

Mengawali usahanya, warga sekitar lokalisasi ikut pelatihan yang digelar pemerintah.

“Batik hasil pelatihan kami jual, kemudian kami pakai untuk modal,” ungkap Fitria Anggraeni Lestari, Ketua Kelompok UKM Batik Jarak Arum.

Anggotanya yang awalnya berjumlah 10 orang juga merotoli tinggal enam orang.

Mereka itu terdiri dari mantan PSK, mantan mucikari, penjual baju untuk PSK, penjual gorengan, tukang cuci, dan beberapa profesi yang berkaitan langsung dengan aktivitas lokalisasi saat itu.

“Kami yang dulu bisa mendapat penghasilan sampai Rp 10 juta per bulan saat lokalisasi beroperasi, harus hancur-hancuran berjuang. Untungnya ada sedikit tabungan untuk bertahan, hingga kami bisa tetap melanjutkan usaha ini sampai sekarang,” kisah Fitri.

Selain ikut dalam berbagai pameran, batik hasil karya kelompoknya juga sudah menembus beberapa pusat perdagangan di Surabaya dan beberapa daerah lain.

Sekarang ini omzet setiap bulannya rata-rata Rp 3 juta-Rp 5 juta.

Saat banyak order dari mal dan sejumlah hotel, omzetnya bisa mencapai Rp 10 juta.

Perjuangan berat juga dirasakan oleh kelompok-kelompok UKM lain di Dolly.

“Jatuh bangun. Banyak teman yang tidak sabar, kemudian mengundurkan diri juga. Dan kami memaklumi itu karena sebelumnya mereka mudah mendapatkan uang, kemudian harus mengawali semua dari nol,” tutur Atik dari KUB Mampu Jaya.

Beberapa mantan PSK yang sempat ikut gabung, memilih mundur untuk kembali pulang ke kampung halaman.

“Apalagi mbak-mbaknya (eks PSK) yang dulu mudah dapat uang, kemudian harus berjuang dengan pendapatan yang sangat minim. Kami sangat maklum dengan itu,” sambung Atik.

Tahun pertama, perjuangan itu benar-benar dirasa sangat berat.

Apalagi ketika itu hanya menggarap orderan upper atau atas sandal dan sepatu dari sebuah pabrik.

Masyarakat juga masih memandang sebelah mata produk dari eks lokalisasi tersebut. Tapi mereka terus berjuang, dan tanda-tanda kebangkitan mulai terlihat di tahun kedua.

Ketika itu, sepatu merek PJ Collection (PJ berasal dari singkatan Putat Jaya) dipakai oleh Tri Rismaharini saat dilantik menjadi Wali Kota Surabaya periode kedua.

Dari sana, kepercayaan mulai tumbuh. Instansi-instansi pemerintahan di Pemkot Surabaya mulai memasan produk dari Dolly.

“Satpol PP, Dishub dan beberapa dinas masih langganan sampai sekarang untuk pengadaan sepatu para pegawai. Kami sangat terbantu dengan itu,” akunya.

Dari sana, KUB Mampu Jaya mulai berkembang dengan memproduksi sandal kulit, sandal jepit, dan belajar membuat sandal hotel.

Untuk sandal hotel, dilakukan secara otodidak dengan cara membongkar beberapa sandal hotel untuk dipelajari dan berhasil.

Tahun 2016 awal, kelompok UKM eks lokalisasi ini mendapat order pertama dari Hotel Bekizaar Surabaya. Sementara sandal jepit, dipasarkan di sejumlah pondok pesantren.

Pemasaran itu terus berkembang, sampai bulan Agustus 2016, sudah ada enam hotel di Surabaya yang menggunakan sandal produksi KUB Mampu Jaya. Terbaru, mereka dapat pesanan dari hotel di Sorong, Papua. (fla/ufi)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved