Jumat, 3 Oktober 2025

Penghijauan Hutan Lindung Langkaras Kini Berbuah Manis Bagi KTH Ingin Maju

Gazali Rahman, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Ingin Maju mengaku rela meninggalkan usaha pertambangan emas tradisional.

TRIBUNNEWS.COM, PELAIHARI - Gazali Rahman, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Ingin Maju di Tanah Laut, mengaku rela meninggalkan usaha pertambangan emas tradisional.

Usaha pertambangan emas itu sudah digelutinya sekitat 15 tahun lebih. Itu sebelum bergabung dengan KTH Ingin Maju dengan anggota 45 orang.

"Penghasilan saya sehari mendulang emas itu bisa saja Rp 1 juta. Tapi tidak mesti setiap hari," katanya saat mendampingi kalangan jurnalis nasional mengunjungi realisasi perhutanan sosial di Desa Tebingsiring, Rabu (22/11/2017).

Baca: Dr Helmi Teriak-teriak Tutupi Muka

Kenapa usaha pertambangan emas ditinggalkan? Itu diakuinya demi menghijaukan kondisi Hutan lindung Langkaras yang kritis. Kritis karena diduga oleh ganasnya pelaku pembalakan hutan secara membabi buta kala itu di Desa Tebingsiring, Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanahlaut, Provinsi Kalimantan Selatan.

Hutan lindung Langkaras mulai dihijaukan dengan 30 ribu pohon karet, sejak 2012 lalu. Sebelumnya pada 2011 dirintis bersama mahasiswa ULM dan dosen ULM melakukan pemetaan wilayah dengan kamera udara.

Bahkan, sebelum pemetaan, Gazali Rahman mengaku warga di Desa Tebingsiring kerap kucing-kucingam dengan anggota polisi kehutanan. Itu karena tidak sedikit hasil hutan kayu di areal hutan lindung saat itu menghasilkan uang.

Baca: Anak-anak Penuhi Acara Meet and Greet Film Naura dan Genk Juara

Akibatnya kerusakan hutan yang tak terkendali, dampaknya merugikan masyarakat Desa Tebingsiring dan sekitarnya. Kabut asap bekas kebakaran menyelimuti hutan lindung Langkaras sebelum Dihijaukan.

Gazali Rahman dan kawan-kawan, hatinya tersentuh. Sebenarnya belum mendapatkan izin pengelolaan hutan lindung dari Pemerintah Pusat. Ia nekad menanam pohon dan bercocok tanam.

"Apa yang salah. Kami justru menanami pohon di hutan lindung. Saya tidak mendapatkan uang dari menanam pohon karet ini karena jangka waktu panennya panjang. Saya hanya mendapatkan ilmu pengetahuan hingga ke Bogor," katanya.

Bantuan mahasiswa dan dosen fakultas kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Gazali dipilih sebagai Ketua KTH Ingin Maju.

"Saya dibantu Pemerintah Kabupaten Tanahlaut, waktu itu Dinas Kehutanan Kabupaten Tanahlaut dan ULM membuat proposal permohonan izin pengelolaan hutan lindung Langkaras ini," katanya.

Tidak langsung disetujui. Proposal itu disetujui Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup terealisasi saat kunjungan Presiden Joko Widodo meresmikan keberadaan Perhutanan Sosial di Indonesia.

Kini kawasan Gunung Langkaras itu menghasilkan uang berlimpah jika pohon karet itu dipanen pada Mei 2018 nanti. Saat ini usaha kelompok perhutanan sosial sebagai penyandang dana perawatan tanaman karet dan kelangsungan produksi budidaya jamur, ikan, lebah dan ternak sapi.

Pendamping KTH Ingin Maju, Mahrus Ariyadi mengakui jika awalnya hutan lindung Langkaras itu kering kerontang sebelum didampingi pihaknya. Setelah 2011 kawasan itu diplot untuk dihijaukan terlihat jelas perbedaan, terutama di jalur koridor itu ditanami pepohonan untuk pakan ternak lebah.

"Kami juga mengikutkan anggota KTH Ingin Maju untuk belajar dengan warga Desa Telagalangsat di Kecamatan Takisung untuk belajar mengolah kotoran ternak sapi menjadi pupuk organik," katanya.

Warga Desa Tebingsiring yang mencari penghidupan di kawasan hutan lindung itu diajak bekerjasama sama oleh Mahrus dan Satriadi. Hasilnya kawasan itu dihijaukan dengan tanaman karet.

Kini di hutan lindung itu sudah hijau dengan ribuan tanaman karet. Tak hanya itu kegiatan usaha ekonomi juga dikerjakan KTH Ingin Maju, seperti budidaya jamur tiram, budidaya ikan tawar, budidaya lebah madu dan budidaya ternak sapi.

Ketua KTH Ingin Maju, Gazali Rahman mengaku anggotanya berjumlah 42 orang. Paling dominan kaum lelaki. Khusus anggota perempuan dan para istri mengelola budidaya jamur dan budidaya ikan tawar.

Selama ini pengelolaan tanaman karet dan pupuknya dibiayai dari usaha ekonomi dari hasil budidaya jamur, ikan dan lebah madu untuk mendukung kegiatan.

"Insya Allah pada Mei 2018 nanti, kebun karet ini akan dipanen karetnya. Bibirnya karet kemarin bantuan dari perusahan brigestone. Semoga hasil panen kami dibeli perusahaan bukan tengkulak," katanya. (Banjarmasin Post/Mukhtar Wahid)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved