Banjir Susulan di Sungai Logawa akan Berlanjut Jika Material Longsor di Igir Kalong Masih Tersisa
Meluapnya lima sungai besar di Banyumas, Minggu (15/10/2017), jadi satu di antara bencana terburuk di awal musim penghujan tahun ini di Banyumas.
TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS - Meluapnya lima sungai besar di Banyumas, Minggu (15/10/2017), jadi satu di antara bencana terburuk di awal musim penghujan tahun ini di Banyumas.
Satu di antara sungai yang meluap parah adalah Logawa hingga menghanyutkan sejumlah kendaraan baik motor atau mobil yang diparkir warga di sekitar sungai.
Beragam spekulasi bermunculan mengenai penyebab meluapnya lima sungai yang berhulu di lereng Gunung Slamet itu.
Belakangan, fakta mengenai penyebab bencana itu terkuak setelah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) berusaha menelusuri muasalnya di hulu sungai.
Sekretaris Pengembangan Perusahaan KPH Banyumas Timur, Sugito mengatakan, pihaknya sebenarnya ingin meneliti penyebab meluapnya sungai-sungai itu pasca kejadian pada Senin (16/10/2017) dengan menyisir sungai hingga ke hulu.
Namun kala itu, debit air sungai masih tinggi dan berarus deras.
Sementara kondisi cuaca masih tak bersahabat.
Baca: Populernya Selingkuh di Jepang Sampai Jadi Nama Sebuah Kota
"Karena untuk cek lapangan di hulu harus menyeberang Sungai Logawa yang saat itu berarus deras. Sehingga kami harus menunggu air tenang dan cuaca bagus," katanya, Sabtu (21/10/2017).
Pihaknya baru bisa mengecek kondisi hulu dengan menyisir sungai Logawa pada Jumat (20/10/2017), melalui Curug Gomblang.
Saat sampai di wilayah atas hulu, tim mendapati fakta adanya bekas longsoran yang areanya cukup luas, sekitar 1 hektar di Igir Kalong.
Butuh perjalanan 4 jam dari halaman parkir Curug Gomblang untuk mencapai area longsor.
Pihaknya kemudian mengidentifikasi kaitan bencana longsor di wilayah hulu ini dengan meluapnya Sungai Logawa.
Sugito mengatakan, banjir susulan di Sungai Logawa kemungkinan masih ada jika material longsor di Igir Kalong masih tersisa.
Mengingat, luas area longsoran cukup luas.
Sisa longsoran itu berpotensi membendung kembali hulu sungai Logawa sehingga memicu banjir.
Kendati demikian, Sugito masih menunggu laporan dari petugas di lapangan mengenai ada atau tidaknya sisa longsoran yang berpotensi lepas ke Sungai Logawa.
Baca: Peran Dukun di Balik Pengungkapan Kasus Bom Bali 15 Tahun Lalu
Sugito mengimbau masyarakat, terutama yang biasa beraktivitas di Sungai Logawa untuk berhati-hati jika ada tanda sungai akan meluap.
"Karena yang di bawah kan banyak aktivitas warga yang menambang pasir. Khawatirnya mereka ini tidak bisa mengantisipasi jika sungai meluap lagi," katanya.
Sementara meluapnya Sungai Banjaran diperparah adanya longsor kecil di Curug Ciangin, Kalipagu Baturraden sehingga aliran air jadi keruh.
"Kami mau menelusuri setelah bencana terjadi namun cuaca tidak memungkinkan. Karena untuk menyusur ke hulu harus menyeberang sungai-sungai itu yang beraliran deras," katanya.
Meluapnya Sungai Gemawang akibat curah hujan tinggi diperparah adanya endapan lumpur dari aktivitas proyek di kompleks Lokawisata Baturraden yang masuk ke sungai hingga keruh.
Meluapnya Sungai Pelus murni diakibatkan curah hujan tinggi.
Pihaknya tidak menemukan bencana longsor di wilayah hulu Sungai Pelus.
Karena itu, meski ikut meluap, sungai itu tidak keruh cokelat seperti sungai lainnya yang bercampur lumpur.
Baca: Anak Sapi Sugiyat Berkepala Dua Tapi Tak Dapat Berdiri, Makannya Disuapi
Kepekatan air sungai Pelus saat meluap lebih disebabkan humus atau sisa pelapukan dedaunan atau ranting pohon yang terbawa aliran air, bukan karena tanah longsoran.
Berbeda dengan empat sungai itu, meluapnya Sungai Prukut atau Cipendok masuk akal jika dihubungkan dengan aktivitas proyek PLTPB Baturaden.
Pasalnya, sungai itu memang berhulu di dekat proyek.
Ia bisa memastikan, kekeruhan air Sungai Cipendok dipicu buangan tanah dari aktivitas proyek PLTPB Baturraden.
"Dari kelima sungai itu hanya sungai Cipendok yang berhulu di dekat proyek PLTPB," katanya.
Dari kelima hulu sungai di lereng Gunung Slamet itu, hulu Sungai Cipendok berada paling barat yang berdekatan dengan proyek PLTPB Baturraden.
Sekitar 6 kilometer dari sungai itu ke timur adalah hulu Sungai Logawa.
Semakin ke timur lereng itu ada hulu Sungai Banjaran dekat curug Ciangin, Kalipagu Baturraden.
Sebelah timurnya kemudian terdapat Sungai Gemawang yang berhulu di atas curug Gemawang Lokawisata Baturraden.
Paling timur adalah Sungai Pelus yang alirannya melewati sisi Telaga Sunyi dan Curug Telu Baturraden.
Sebelumnya, Kamis (19/10/2017), perumahan di tiga desa di Dusun Cibenon Desa Sidareja Kecamatan Sidareja, Desa Banjareja dan Desa Nusawungu masih terendam banjir.
Di Desa Banjareja dan Nusawungu, 24 Kepala Keluarga sempat mengungsi di rumah saudara atau tetangga lantaran rumah mereka terendam banjir.
Saat itu air menggenangi rumah dengan ketinggian antara 40 hingga 60 centimeter.
Di Dusun Cibenon Desa Sidareja, meski banjir belum sepenuhnya surut, 14 KK yang sempat mengungsi di Aula Markas Koramil Sidareja memutuskan kembali ke rumah masing-masing pada Kamis (19/10/2017).
Berhubung banjir telah surut, Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Komara Sidhy memastikan, seluruh pengungsi korban banjir sudah kembali ke rumah masing-masing. (tribunjateng/cetak)