Minggu, 5 Oktober 2025

Buaya di Kebumen Ini Mengamuk Setelah Gagal Diperangkap, Warga Lari Ketakutan

Kemunculan buaya berukuran jumbo di areal persawahan desa Kedungwinangun, Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah mengejutkan warga.

Editor: Sugiyarto
IST
Warga Desa Kedungwinangun, Klirong, Kebumen, berusaha menangkap seekor buaya yang terdampar di sawah, Selasa (17/10/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki

TRIBUNNEWS.COM, KEBUMEN - Kemunculan buaya berukuran jumbo di areal persawahan desa Kedungwinangun, Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah mengejutkan warga.

Buaya itu terdampar di sawah diduga karena luapan Sungai Luk Ulo yang berjarak sekitar 50 meter.

Kemunculan makhluk amfibi di kubangan air lumpur itu sontak memicu perhatian warga.

Mereka berdatangan dan mengerumuni petak sawah tempat buaya itu berada.

Baca: Duh, Ternyata Warga Kabupaten Semarang Masih Banyak yang BAB Sembarang Tempat

Sejumlah warga berusaha menangkap buaya memakai perangkap berupa seutas tali yang dikaitkan pada galah bambu.

Perangkap tali itu didekatkan ke moncong buaya agar terjerat sehingga mudah dilumpuhkan.

Alih-alih terjerat, buaya yang aktif bergeliat itu malah meluncur naik ke permukaan.

Sontak, para pawang amatiran ini lari tunggang-langgang karena buaya itu mengejar ke arahnya.

Sejumlah warga berteriak histeris.

Baca: Terungkap, Kasus Perdagangan Orang di DIY, Ini Kedoknya

Kerumunan ini bubar saat buaya itu mengamuk mengibaskan ekor sambil membuka lebar mulutnya.

"Sebelum berhasil ditangkap, buaya itu sempat kembali ke Sungai Luk Ulo," kata Kasubag Humas Polres Kebumen, AKP Willy Budiyanto, Selasa (17/10/2017).

Willy menyayangkan tindakan warga yang berusaha menangkap buaya tanpa memperhatikan keselamatan jiwa.

Upaya mereka memakai cara demikian tentu saja berbahaya.

Willy meminta masyarakat tak gegabah menangkap binatang buas saat melihat keberadaannya.

Pasalnya, butuh teknik dan keahlian khusus dalam menangkap binatang mematikan itu.

Apalagi buaya itu terbiasa hidup liar sehingga perilakunya agresif dan ganas.

"Jangan coba-coba menangkap buaya apalagi dengan bambu dan tali, itu bahaya. Kalau bukan profesional, jangan berusaha menangkap karena justru akan membahayakan jiwa," tandasnya.

Tindakan tepat yang bisa dilakukan warga saat melihat keberadaan buaya, menurut Willy, adalah melaporkannya ke kepolisian terdekat.

Polisi pun tidak bisa sembarangan menangkap buaya atau mematikannya lantaran termasuk satwa yang dilindungi undang-undang.

Aparat akan berkoordinasi dengan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) yang lebih berwewenang dan berkompeten dalam masalah perlindungan satwa.

"Tak boleh sembarang membunuh karena itu satwa yang dilindungi UU. Kalau melihatnya sebaiknya lapor polisi atau BKSDA agar ditangani secara profesional,"katanya

Keberadaan buaya di Sungai Luk Ulo sebenarnya sudah lama diketahui masyarakat.

Buaya yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 4 ekor itu semakin rajin menampakkan diri dalam beberapa bulan terakhir.

Pada Juli lalu, saat musim kemarau, seekor buaya tampak berenang di sungai ini, tepatnya di Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspesantren.

Saat itu, warga sempat dibuat resah.

Mereka khawatir predator itu akan naik ke permukiman dan membahayakan keselamatan warga di sekitar sungai.

Terlebih saat sungai meluap.

Sekarang kekhawatiran bertambah karena buaya benar-benar mendarat, meski baru masuk areal persawahan.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved