Jumat, 3 Oktober 2025

Jumlah Gempa Vulkanik Lebih dari 600 Kejadian per Hari

Magnitudo gempa terbesar dalam periode krisis ini adalah M 4.3 terjadi pada 27 September 2017 pukul 13:12 WITA

Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUN_BALI /RIZAL_FANANY
Gunung Agung terlihat di atas Bukit Pantai Amed,karangasem, Sabtu (30/9/2017). Sampai saat ini status Gunung Agung masih awas, 5 kecamatan masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) yakni Kecamatan Kubu, Abang, Karangasem, Bebandem, Selat, dan Rendang. (TRIBUN_BALI/RIZAL_FANANY) 

6. Konten frekuensi dominan gempa masih didominasi oleh gempa-gempa dengan frekuensi tinggi yang mengindikasikan bahwa hingga saat ini aktivitas peretakkan batuan di bawah tubuh Gunung Agung akibat pergerakan magma masih terus berlangsung.

7. Pola cepat rambat gelombang seismik hingga hari ini masih mengindikasikan adanya peningkatan tekanan di dalam tubuh Gunung Agung akibat penambahan volume fluida magmatik dari waktu ke waktu yang bergerak menuju ke permukaan.

Pemantauan Visual

Asap kawah teramati dari Pos Pengamatan Gunungapi Agung di Rendang (sektor Selatan) maupun di Batulompeh (sektor Utara) berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal mencapai ketinggian 50-200 m di atas puncak.

Penginderaan Jauh Satelit

1. Area panas di permukaan dalam kawah dari pantauan satelit teramati mengalami perluasan selama krisis terjadi di Gunung Agung.

Area panas ini berada di permukaan kawah sebelah timur laut maupun di tengah kawah.

2. Air keluar ke permukaan kawah melalui lapangan solfatara yang berada di bagian timur laut teramati dari pantauan satelit.

Keluarnya air ini dapat mengindikasikan adanya gangguan hidrologis di bawah Gunung Agung akibat peningkatan aktivitas magmatik saat ini.

Deformasi

Pengukuran dengan Tiltmeter sempat mengindikasikan pola deflasi/pengempisan Gunung Agung secara tiba-tiba pada tanggal 1 Oktober 2017 namun kemudian polanya berubah kembali ke inflasi/penggembungan pada hari berikutnya hingga saat ini.

Geokimia

1. Hasil pengukuran gas Gunung Agung dengan metode Differential optical absorption spectroscopy (DOAS) pada jarak 12 km dari puncak tidak mendeteksi adanya kadar SO2 yang tinggi.

Namun hal ini tidak dapat diinterpretasikan sebagai rendahnya aktivitas magmatik.

Konsentrasi SO2 kemungkinan berada di bawah batas kemampuan peralatan untuk mendeteksi pada jarak sejauh ini atau kemungkinan tidak terdeteksi karena SO2 berinteraksi dan terlarut dalam air.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved