Jumat, 3 Oktober 2025

Erupsi Gunung Agung

Gunung Agung dalam Catatan Lontar Bali, Pernah Meletus Dahsyat Tahun 1711

Menurut catatan lontar, gunung tertinggi di Bali ini pernah mengalami 15 peristiwa yang mengarah ke letusan sebelum 1963.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa/Rizal Fanany
Peneliti lontar, Sugi Lanus, memerhatikan lontar Bali saat diskusi Hanacaraka dengan Tema 'Catatan Gunung Agung dalam Lontar-lontar Bali' di Denpasar, Senin (2/10/2017) (kiri). Gunung Agung, Karangasem, Selasa (26/9/2017) (kanan) 

Sedangkan, secara kosmologi Bali, Sugi Lanus memaparkan bahwa mandala gunung di Bali adalah Caturlokaphala, yang berhelai empat.

Pada posisi timur terdapat Gunung Lempuyang (kahyangan Bhatara Ghnijaya), posisi barat Bali terdapat Gunung Bratan (kahyangan Bhatara Watukaru), di utara Bali tedapat Gunung Mangu (kahyangan Hyang Danawa), dan di selatan Gunung Andakasa (kahyangan Hyang Tugu).

Semua itu sebagai ‘lingga’ atau ‘titik api puja’ para pamangku dan para suci yang terpilih untuk mendoakan semesta berporos di Gunung Agung dan Gunung Batur.

"Jadi Bali ini dikelilingi oleh empat puncak kosmologi. Semua sangat tua. Sentralnya adalah Gunung Agung," kata pria kelahiran 1972 itu.

Dari tiga babad, tercatat peristiwa yang menyinggung soal peristiwa Gunung Agung dan Gunung Batur.

Tiga babad itu adalah babad gumi (versi lontar Pusdok dan salinan Kirtya 719/3.Va ), babad tusan (versi salinan Kirtya 4916/Va dan 1443.Va), dan kalawasan (versi salinan Kirtya 6476/IIIb, 3049/IIIb, 3578/IIIb, 6789/IIIb).

Di antaranya mulai pada tahun 189, pada saat itu tercatat Gunung Agung mulai ditegakkan.

Sedangkan, awal Gunung Agung mulai beraktivitas mengeluarkan letusan tercatat pada tahun 1002.

Waktu itu, Sungai Unda (Tukad Unda) diceritakan sempat dialiri lahar Gunung Agung.

Selanjutnya setelah tahun 1002, dari tiga babad tersebut juga mencatat belasan peristiwa di Gunung Agung.

Bersama dengan Seto Mulyadi atau biasa disapa Kak Seto, Polwan Polda Bali kembali menghibur anak-anak pengungsi Gunung Agung. Status awas sudah 10 harian ini, membuat anak-anak di pengungsian tak dapat belajar di bangku sekolah.
Bersama dengan Seto Mulyadi atau biasa disapa Kak Seto, Polwan Polda Bali kembali menghibur anak-anak pengungsi Gunung Agung. Status awas sudah 10 harian ini, membuat anak-anak di pengungsian tak dapat belajar di bangku sekolah. (Foto Istimewa.)

Serta dua peristiwa di Gunung Batur, baik soal aktivitas letusan, dan di luar peristiwa letusan.

Di antaranya tercatat pada tahun 1089, 1543, 1615, 1616, 1665, 1695, 1683, 1705, 1711, 1715, 1784, 1820, 1904, 1905.

Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap tiga lontar itu, Sugi Lanus menjelaskan bahwa di antara rentang tahun tersebut, yang paling banyak disebutkan adalah tahun 1711.

Itulah sebabnya, ia berani menduga bahwa pada tahun tersebut Gunung Agung meletus dengan sangat dahsyat.

Menyerupai Letusan 1963
"Dalam sejarah modern, kan tahun 1963 yang paling besar. Tapi dalam naskah itu 1711 itu besar sekali. Memang tidak secara rinci di lontar itu. Tapi itu yang banyak disebutkan dalam beberapa lontar, berarti kan waktu itu mempunyai tingkat popularitas peristiwa," kata pria bergelar doktor itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved