Minggu, 5 Oktober 2025

Cerita Mistis di Waduk Jatigede, dari Ular Sepanjang 4 KM sampai Legenda Keuyeup Bodas

Meski secara resmi baru dibuka dua tahun lalu, Waduk Jatigede sudah memiliki banyak cerita mistis yang tersebar di sekitar waduk.

Editor: Ravianto
PRESIDENTIAL PALACE/AGUS SUPARTO
Presiden Joko Widodo meninjau Bendungan Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, Kamis (17/3/2016). Bendungan Jatigede yang akan dimanfaatkan untuk irigasi, sarana penyedia air baku, dan PLTA tersebut direncanakan beroperasi pada Januari 2017. PRESIDENTIAL PALACE/AGUS SUPARTO 

Warga sekitar Waduk Jatigede sejak dulu, jauh sebelum Jatigede digenangi air, sudah mendengar legenda Keuyeup Bodas tersebut.

"Katanya, di Waduk Jatigede ini ada keuyeup bodas raksasa yang akan menjebol bendungan suatu hari nanti," ujar Ado Kasdi.

Pada kenyataannya, Keuyeup Bodas tersebut sebetulnya bukan hanya merujuk pada hewan legenda melainkan sebuah sesar.

Jatigede dilalui oleh sesar aktif Beribis yang berbentuk seperti kepiting berwarna putih bila dilihat di peta.

Sesar aktif ini sangat rawan dan bila bergerak dapat membuat bendungan rusak dan jebol.

3. Legenda Ikan Mas Raksasa

"Banyak yang bercerita itu, katanya ketika sedang memancing didatangi ikan sebesar pintu," ujar Ado Kasdi.

Ikan tersebut digambarkan sangat besar hingga sebesar pintu dan berwarna merah menyala.

Para pemancing yang didatangi ikan tersebut biasanya akan mengurungkan niatnya untuk memancing karena ketakutan.(*)

Kisah Pilu di Balik Surutnya Waduk Jatigede: Makam Bermunculan Hingga Kegagalan Warga Jadi Nelayan

Akibat air di waduk Jatigede surut, kedalaman waduk menjadi berkurang delapan hingga sepuluh meter.

Hal tersebut berdampak puing-puing bangunan dari dasar waduk Jatigede yang kembali muncul ke permukaan.

Namun masalahnya, puing-puing bangunan tersebut sangat berbahaya bagi lalu-lalang perahu di waduk tersebut.

Hal tersebut diungkapkan Ado Kasdi (50), warga Desa Jatibungur, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, ketika ditemui Tribun Jabar di tepian Waduk Jatigede, Minggu (27/8/2017).

"Berbahaya sekali, kalau kena perahu, perahu bisa karam," ujar Ado Kasdi.




Perahu harus ekstra hati-hati ketika berlayar karena puing-puing bangunan yang kembali muncul ke permukaan bisa saja menggores badan perahu dan menyebabkan kebocoran.

Bukan hanya bocor, resiko lainnya adalah bisa saja perahu tersangkut di puing-puing bangunan sehingga tidak dapat melaju lagi.

"Kalau yang tidak hapal wilayah mah, takut, soalnya banyak sekali puingnya, kami saja ini mengikuti jalan kampung, diingat-ingat," ujat Ado Kasri.

Kiranya, yang paling sulit bagi orang tua adalah beradaptasi dengan keadaan yang baru.

Gaya dan cara hidup lama kadung mendarah daging sehingga tak mudah menerima perubahan mendadak.

Seperti yang terjadi pada Abah Tisna (65), warga eks-desa Cipaku yang kini tinggal di desa Pakualam, kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved