Jumat, 3 Oktober 2025

Anto Diserang Buaya di Sungai Lenggang Belitung, Begini Kisahnya

ia mendapatkan 100 jahitan untuk luka di punggung kanan dan sejumlah luka di kepalanya.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Anto Diserang Buaya di Sungai Lenggang Belitung, Begini Kisahnya
www.stpjurluhkan
Ilustrasi buaya muara pemangsa manusia

TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Anto (29), warga Dusun Baru, Desa Gantung, Belitung Timur, masih meringis kesakitan jika terlalu banyak bergerak di atas kasur, di ruang tengah rumahnya.

Anto baru diperbolehkan pulang pada Selasa (11/7) pagi kemarin setelah menjalani perawatan intensif beberapa hari di Puskesmas Gantung.

Istri Anto dan Mertuanya yang datang dari Tanjungpandan tampak membantu keperluan Anto yang sedang terbaring.

Bapak dengan satu anak ini merupakan korban serangan buaya di dermaga tambat nelayan di Desa Gantung, Sabtu (8/7) sekitar pukul 22.00 malam lalu.

ia  mendapatkan 100 jahitan untuk luka di punggung kanan dan sejumlah luka di kepalanya.

Beruntung nyawanya tertolong karena masih sempat diselamatkan adikanya yang bernama Riko.

"Karena petugas di rumah sakit, jumlah jahitannya sampai seratus," ujarnya ditemui Pos Belitung, Selasa (11/7) kemarin.

Anto diserang buaya saat sedang menggalang kapal miliknya di dermaga nelayan.

Menggalang adalah cara nelayan menjaga perahu agar tidak miring saat diparkirkan.

Aktivitas ini memerlukan seorang nelayan masuk ke dalam air.

"Saat di dalam air itu, saya diserang buaya. Yang digigit itu pundak ke bawah punggung. Kedalam air itu se-dada," kata dia.

Anto tak ingat berapa lama detik-detik mebahayakan saat buaya ganas tersebut mencengkram lengannya, termasuk perkiraan ukuran buaya tersebut.

Sadar dirinya diserang, Anto berusaha membelitkan tangan kanannya sebanyak mungkin ke tali.

Dia hanya ingat, sebelum ditolong Riko, Anto sempat ditarik dan ditimbul-tenggelamkan buaya yang sedang berusaha memangsanya.

Saat itu, pundaknya sudah perih karena gigitan buaya, lalu tangannya yang terikat talipun sudah semakin sakit karena terus ditarik buaya.

"Sempat ditarik ke dalam air, ditimbul-tenggelamkan, dicelupin dalam air mungkin sampai lima kali. Saat timbul itulah saya teriak minta tolong. Tapi dari cara dia nyerang, itu buaya besar. Saya tidak tahu mengira-ngira ukurannya, saya tidak ingat," ujarnya.

Ada teriakan minta tolong, Riko langsung menuju ke arah suara dan mendapati kakaknya sedang diserang buaya.

Tanpa dibantu senjata apapun, Riko kemudian terjun ke air dan berupaya menghalau serangan buaya dengan cara menendang-nendangkan kakinya.

Gigitan pun terlepas dan Anto segera dinaikkan ke atas kapal dan dilarikan ke Puskesmas Gangung.

"Saat terlepas, saya langsung dinaikkan ke perahu. Tapi di bawah air itu, buaya itu masih mendekat mau menyerang lagi. Maju pula dia, mau nyerang lagi," ujarnya.

Anto berharap, kejadian buaya menyerang manusia tak perlu terjadi lagi.
Menurutnya, perlu ada upaya agar serangan tak terjadi lagi.

Satu di antaranya dengan cara kearifan lokal alias menggunakan jasa dukun kampong.

"Kalau bisa jangan lagi, gimanapun caranya. Tergantung kepercayaan masing-masing, kata orang bisa menggunakan dukun kampong. Kata orang, dukun kampong di sini sudah meninggal sekitar sebulan lebih yang lalu. Kami berharap jangan sampai terjadi lagi," kata Anto.

Tuti, istri Anto mengatakan, saat dirawat di rumah sakit Anto sempat pingsan empat kali.
Itu terjadi diduga karena suaminya banyak kehabisan darah. Akibat serangan itu, pundak belakang mengarah ketiak Anto luka menganga.

"Kata orang rumah sakit, jahitannya sampai seratus lebih. Jam 3 pagi baru selesai jahitnya," ujar istri Anto.

Adik Anto, Riko mengatakan ia menghalau buaya yang menyerang kakaknya dengan cara ditendang.
Dia juga tak bisa mengira-ngira ukuran buaya tersebut.

"Soalnya keadaanya malam dan di dalam air. Kepalanya aja yang kelihatan. Saya tendang pakai kaki buaya itu, langsung terlepas. Setelah itu mau nyerang lagi, tapi kami sudah di atas perahu semua," kata Riko.

Tempat Anto menggalang kapal miliknya terletak di dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar yang abru didirikan di Desa Gantung.

Pantauan Pos Belitung kemarin, lebih dari lima kapal sedang parkir.
Bagian dari alur muara Sungai Lenggang itu tampak tenang.

"Kalau menyerang manusia baru kali ini. Memang kerap teliat. Banyak atau tidaknya kami tidak tau," ujar warga di sekitar dermaga saat ditemui Pos Belitung kemarin. 

 ISTRI Anto, Tuti mengatakan, kejadian yang menyerang suaminya beberapa waktu lalu adalah kejadian serangan buaya yang ketiga kalinya di Kecamatan Gantung.

Serangan terjadi di tiga titik berbeda dalam kurun waktu sekitar satu bulan. Seperti Anto, semua korbannya selamat.

"Kata orang puskesmas, ini yang ketiga. Satunya yang parah, di kolong dekat Polsek Gantung sana. Itu parah, sampai harus dirujuk ke RSUD Beltim dan dirawat di sana,"
Informasi yang dihimpun Pos Belitung, serangan buaya terhadap warga terjadi di sungai dekat Kantor Urusan Agama (KUA) Gantung, dekat Polsek Gantung beberapa minggu yang lalu.

Korban yaat itu sedang mandi usai melimbang timah mendapat serangan di bagian paha. Pihak RSUD Beltim membenarkan hal tersebut namun korban diketahui sudah pulang.

"Memang ada. Tapi sudah balik sekitar seminggu yang lalu," ujar perawat di ruang pasien bedah.

Kejadian ketiga terjadi di kolong yang disebut warga dengan sebutan daerah Sudung, Desa Lenggang. Buaya menyambar tangan warga. Namun, luka korban dilaporkan tak separah dua serangan lainnya. (deq)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved