Bom di Kampung Melayu
Geledah Rumah Kontrakan di Kampung Parunghalang, Densus Sita Buku Rekening
Densus 88 bersama Polda Jawa Barat menyita sejumlah data dari rumah kontrakan yang ditinggali A, terduga teroris bom bunuh diri di Kampung Melayu.
"Baru pertama kali ada yang seperti ini, saya tak menyangka dulu daerah ini suka kena banjir, sekarang ada (terduga) teroris," kata salah seorang warga.
Indra Wahdi (32), tetangga satu kontrakan A di Babakan Sangkuriang, mengatakan tidak ada aktivitas yang mencurigakan dari A.
Menurutnya, sehari-hari A menjual karpet dan sandal bersama istrinya.
"Tidak ada yang mencurigakan, dia orangnya baik, ramah dan suka mengobrol dengan tetangga juga," kata Indra kepada awak media di lokasi penyegelan.
Dalam kesehariannya, A juga tak jauh berbeda dibandingkan dengan warga lainnya. Jika banjir menerjang kawasan tersebut, A biasa menarik perahu untuk membantu warga lainnya melewati genangan banjir.
"Saya kurang tahu dengan teman-temannya, tapi setahu saya biasa saja dia suka ngobrol, ngopi di warung," kata Indra.
Indra akui, A hanya menjadikan rumah kontrakan di Babakan Sangkuriang sebagai tempat usaha saja.
"Hanya dijadikan tempat untuk menyimpan barang dagangannya, ngebungkus karpet kemudian ngirim (karpet), kadang istrinya juga sambil berjualan karpet di situ," kata Indra.
Ketua RT setempat, Adi Budiman (42), mengamini ucapan Indra. Selama ini A termasuk warga yang suka bergaul di lingkungannya.
"Saya tidak tahu kalau yang lainnya, tapi selama yang saya kenali dia orangnya baik," katanya.
Temukan Kejanggalan
Mertua dari A, Dedi Sunandi (52) menemukan suatu kejanggalan sebelum penangkapan menantunya oleh kepolisian.
Sebelum penangkapan ada seseorang tak dikenal yang tiba-tiba memotret A ketika sedang memotong ayam di Ciwastra, Buah Batu, Kota Bandung.
Hal itu diceritakan oleh Tita Fatimah (34), istri A, kepada ayahnya.
"Anak saya (Tita) bilang sambil bercanda kenapa tidak sekalian selfie saja, setelah membawa ayam kemudian memperbaiki motor, tiba-tiba ditangkap di daerah BBS," kata Dedi di Kampung Parunghalang.
Dedi mengatakan tidak ada gerak gerik yang mencurigakan dari menantunya tersebut. Walaupun terkadang, A pergi untuk mengantarkan cucunya sekolah pesantren di Bogor, Jawa Barat.
"Tidak pernah dia (A) pergi keluar rumah lama, misalnya seminggu pergi enggak pulang, biasanya juga suka ada di rumah, apalagi kalau dihubungkan dengan bom di Kampung Melayu, ketika itu terjadi dia ngobrol dengan saya di rumah," ujarnya.