Minggu, 5 Oktober 2025

Mobil Tersesat di Tengah Hutan Karedok, Saban Tahun Warga Desa Gelar Ritual Khusus

Sudah kali ketiga sebuah mobil tersesat di tengah hutan Blok Tamiang Lega, Desa Keredok, Jatigede. Berikut cerita dari mulut ke mulut dan warga desa.

Editor: Y Gustaman
Istimewa
Mobil Daihatsu Sirion nomor polisi B 1460 WKS tersesat di tengah hutan Blok Tamiang Lega, Desa Keredok, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Rabu (22/3/2017) malam. 

Anggota DPRD Sumedang asal daerah pemilihan Jatigede, Dede Suwarman, menambahkan kejadian tersebut merupakan kedua kalinya.

"Ini kejadian kedua kalinya mobil nyasar masuk ke Desa Karedok yang tak ada askes jalan yang bisa dilalui mobil. Sebelumnya kejadian aneh tapi nyata juga terjadi pertengahan Januari lalu,” kata Dede.

Menurut dia peristiwa pada Januari lalu itu malah ada dua mobil sekaligus yang masuk ke Karedok.

“Dulu pengendara mobil juga mengaku meminta panduan GPS dan diarahkan ke Karedok dengan jalan yang mulus dan terasa lurus padahal tidak ada jalan yang bisa dilalui mobil,” ia menambahkan.

Untuk bisa keluar dari Desa Karedok, mobil pertama terpaksa keluar melalui Sungai Cimanuk. Agar bisa dilalui, pintu air Bendungan Jatigede ditutup lebih dulu kemudian alat berat menarik mobil tersebut.

Sedangkan satu mobil lagi kembali ka arah Situraja karena berada di tengah hutan sehingga dibantu warga dan ditarik mobil truk.

Desa Penuh Misteri

Desa Karedok satu dari sekian desa pelosok dan dikepung Sungai Cimanuk serta hutan yang sangat lebat. Ke desa ini hanya bisa ditempuh melalui jembatan gantung yang melintasi Sungai Cimanuk, sementara tak ada akses untuk mobil.

Ada tradisi unik saban tahun di desa yang sangat terpencil dan penuh misteri ini. Warga desa yang berhadapan dengan PLTA Parakankondang kerap menggelar ritual ngarot.

Ngarot merupakan tradisi memotong kerbau kemudian menguburkan kepalanya di tengah desa, serta membagikan daging anggota tubuh kerbau lainnya ke semua warga desa.

Sudah lebih dari seabad tradisi ngarot tersebut berlangsung. Warga setempat percaya, pelanggaran terhadap tradisi ini akan memicu datangnya malapetaka di desa mereka.

Selain memotong kepala kerbau, sebagai tumbal kampung dihidangkan juga rupa-rupa hasil panen dari setiap kampung di Desa Karedok.

Asal muasal ritual ngarot adalah warga di Desa Karedok terserang penyakit yang tidak diketahui jenisnya. Saat itu banyak yang meninggal dunia.

Tetua kampung saat itu mendapat wangsit dari dari alam gaib untuk menghindari penyakit itu harus menyembelih seekor kerbau dan menumbalkan kepalanya sebagai tumbal kampung. Sedangkan dagingnya dibagikan ke penghuni kampung.

Warga Karedok percaya, wangsit itu berasal dari Sunan Pada, seorang digdaya, pintar dan berilmu tinggi yang dimakamkan di Lemah Cisahang, Karedok.

Di antara anaknya yaitu Nyi Mas Gedeng Waru yang menjadi prameswari Prabu Geusan Ulun, raja Sumedanglarang yang berkuasa pada 1579 hingga 1601.

Saat ini istilah ngarot sering juga disebut tutup buku guar buni yang berarti ekspresi rasa syukur masyarakat karena hasil panen setiap tahun serta membuka lembaran baru untuk mengolah lahan untuk tahun depan.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved