Kisah Pemuda Masjid di Purbalingga Bangun Botania Garden, Awalnya Dicibir
Agrowisata yang dikelola bersama petani buah setempat itu memiliki luasan kebun sekitar 183 hektare milik para petani.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, PURBALINGGA - Razak Amri kini merasa plong. Hasil jerih payahnya bersama sejumlah pemuda desa Karangcengis, Bukateja dalam membangun wisata petik buah Botania Garden (Bogar) sudah mulai terlihat.
Sejak diresmikan Bupati Purbalingga Tasdi beberapa waktu lalu, wisata yang masih dalam tahap pengembangan itu terus ramai dikunjungi wisatawan.
Bahkan, pada Minggu (12/3/2017), sekitar 250 tiket masuk berhasil terjual.
"Untuk hari-hari biasa, rata-rata ada 80 pengunjung," katanya, Jumat (17/3).
Agrowisata yang dikelola bersama petani buah setempat itu memiliki luasan kebun sekitar 183 hektare milik para petani.
Ada beraneka tanaman buah di kebun itu, antara lain jambu biji, jambu air, belimbing, kelengkeng, dan jeruk manis.
Pengembangan wisata itu berawal dari inisiatif sejumlah pemuda yang tergabung dalam ikatan remaja masjid Desa Karangcengis.
Tak puas hanya menggarap program berbasis keagamaan, para pemuda itu pun berupaya menyelesaikan problem sosial di desa mereka.
Mereka mulanya prihatin dengan harga jual hasil pertanian berupa buah-buahan yang anjlok saat jumlah produksi melimpah pada musim panen raya.
Sementara mereka menyadari lahan yang ditanami buah-buahan di desa begitu luas, serta berpotensi dikembangkan jadi agrowisata.
"Kami berpikir, jika petani bisa langsung jual ke wisatawan yang petik langsung ke kebun mereka, petani bisa mendapat harga jual lebih tinggi dibanding dijual ke tengkulak," ujarnya.
Tekad para pemuda itu pun bulat untuk mengembangkan wisata petik buah.
Mereka rela iuran dengan total sekitar Rp 10 juta untuk membeli material guna membangun infrastruktur wisata, antara lain toilet umum dan Gasebo.
Jalan akses wisata mereka tata dengan bergotong royong.
Bukan hanya itu, mereka pun kadang mendapat celaan dari sejumlah warga desa yang meremehkan usaha mereka.
Kendati demikian, semangat mereka tak kendur.
"Biasa lah orang desa, kami dianggap kurang kerjaan untuk usaha yang gak ada gunanya. Tapi sekarang mereka balik kaget setelah melihat hasilnya," jelasnya.
Tiket masuk wisata petik buah ini terjangkau.
Hanya dengan Rp 5000, pengunjung bisa menikmati wisata bernuansa pedesaan itu dan mendapatkan dua buah jambu gratis yang dipetik langsung dari kebun.
Bagi yang ingin memetik lebih, mereka harus membeli dengan cara ditimbang.
Pengelola menjamin, pembeli diuntungkan karena selain memperoleh buah segar yang dipetik langsung dari kebun, mereka mendapat harga lebih murah dari harga di pasaran.
Pengelola menyiapkan caping yang bisa dipakai pengunjung selama menjelajah kebun.
Oleh pemandu, mereka diajari cara memetik buah yang benar agar tak merusak tanaman.
"Wisata petik buah ini juga berkonsep edukasi. Setiap pengunjung atau pelajar kami kenalkan dengan jenis-jenis tanaman buah dan pembudidayaannya," tambahnya.
Menurut Amri, pengelola akan terus berinovasi dan melakukan pembenahan sarana wisata untuk kenyamanan pengunjung, antara lain penambahan gasebo, sarana permainan anak, dan transportasi untuk pengunjung menyerupai odong-odong.
Amri berharap, dengan inovasi tersebut, wisata itu bisa semakin diminati wisatawan yang ujungnya berdampak pada kesejahteraan para petani.
"Harapannya wisata ini semakin ramai sehingga banyak warga sekitar yang bisa ikut diberdayakan," terang dia.
Terpisah, Bupati Tasdi mengapresiasi semangat para remaja desa yang mengaggas wisata petik buah di desa Karangcengis.
Tasdi berharap, pengembangan wisata itu menjadi pintu masuk investasi dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
Pemerintah Kabupaten Purbalingga akan turut menyokong pembiayaan pengembangan wisata itu melalui APBD.
"Melihat potensinya, pada anggaran perubahan, kami akan membantu dengan dana bantuan khusus untuk desa Karangcengis sebesar 100 juta," ucap Tasdi.
Bantuan itu, menurut Tasdi, bisa dipakai untuk pengembangan sarana prasarana wisata, termasuk perbaikan jalan masuk menuju Botania Garden.
"Agar nanti dikembangkan bukan hanya oleh pengelola wisata, tapi masyarakat di sekitar lokasi wisata," tandasnya. (*)