Kisah Pemuda Masjid di Purbalingga Bangun Botania Garden, Awalnya Dicibir
Agrowisata yang dikelola bersama petani buah setempat itu memiliki luasan kebun sekitar 183 hektare milik para petani.
Bukan hanya itu, mereka pun kadang mendapat celaan dari sejumlah warga desa yang meremehkan usaha mereka.
Kendati demikian, semangat mereka tak kendur.
"Biasa lah orang desa, kami dianggap kurang kerjaan untuk usaha yang gak ada gunanya. Tapi sekarang mereka balik kaget setelah melihat hasilnya," jelasnya.
Tiket masuk wisata petik buah ini terjangkau.
Hanya dengan Rp 5000, pengunjung bisa menikmati wisata bernuansa pedesaan itu dan mendapatkan dua buah jambu gratis yang dipetik langsung dari kebun.
Bagi yang ingin memetik lebih, mereka harus membeli dengan cara ditimbang.
Pengelola menjamin, pembeli diuntungkan karena selain memperoleh buah segar yang dipetik langsung dari kebun, mereka mendapat harga lebih murah dari harga di pasaran.
Pengelola menyiapkan caping yang bisa dipakai pengunjung selama menjelajah kebun.
Oleh pemandu, mereka diajari cara memetik buah yang benar agar tak merusak tanaman.
"Wisata petik buah ini juga berkonsep edukasi. Setiap pengunjung atau pelajar kami kenalkan dengan jenis-jenis tanaman buah dan pembudidayaannya," tambahnya.
Menurut Amri, pengelola akan terus berinovasi dan melakukan pembenahan sarana wisata untuk kenyamanan pengunjung, antara lain penambahan gasebo, sarana permainan anak, dan transportasi untuk pengunjung menyerupai odong-odong.
Amri berharap, dengan inovasi tersebut, wisata itu bisa semakin diminati wisatawan yang ujungnya berdampak pada kesejahteraan para petani.
"Harapannya wisata ini semakin ramai sehingga banyak warga sekitar yang bisa ikut diberdayakan," terang dia.
Terpisah, Bupati Tasdi mengapresiasi semangat para remaja desa yang mengaggas wisata petik buah di desa Karangcengis.
Tasdi berharap, pengembangan wisata itu menjadi pintu masuk investasi dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.