Aher: Sungai Itu Sumber Air Bersih yang Banyak, Murah, dan Mudah
Pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari di Jabar tak optimal.
Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari di Jabar tak optimal. Hal itu disebabkan pencemaran mulai dari hulu dan hilir sungai yang ada di Jabar.
Akibatnya masyarakat Jabar terancam kekurangan air lantaran hanya mengandalkan penggunaan
air tanah.
Penggunaan air tanah secara masif dan terus menerus pun mengakibatkan tanah ambles.
“Masyarakat tidak sadar sungai itu sumber air bersih yang lebih banyak, murah, mudah dibanding air tanah."
"Air banyak tapi air bersih tidak ada. Air banyak dan bersih semuanya jika water velue dari hulu
dan hilir itu terjaga,” kata Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, usai membuka kongres dan seminar Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) di Hotel Horison, Kota Bandung, Selasa (6/12/2016).
Dikatakan Aher, masyarakat seharusnya bisa memanfaatkan air sungai di Jabar untuk kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya masyarakat, pemerintah daerah pun bisa memanfaatkannya melalui perusahaan daerah air minum (PDAM).
Namun, kata dia, kedua hal itu tak bisa dilakukan lantaran kondisi hulu dan hilir sungai di Jabar ternayta berbeda.
“Di hulu sudah kotor, di hilir pasti kotor lagi. Sementara PDAM kita selalu mengambil air yang ada di hilir."
"Bayangkan kotornya seperti apa, makanya pengelolaan airnya itu hanya layak untuk mandi. Ada lain
selain mandi? Untuk dimasak saja pasti sudah kurang (layak),” kata Aher.
Aher bercerita, kondisi di Jabar berbeda dengan kondisi di Shizuoka, Jepang.
Menurutnya, air sungai di Shizuoka itu dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari dan pemerintah untuk kebutuhan air minum.
Kualitas air minum yang dikelola perusahaan milik pemerintah di sana pun diklaim sama dengan air kemasan.
“Saya penasaran melihat pengelolaan di sana. Ternyata di sana ada dua sungai besai di pegunungan Shizouka yang dikelola dengan baik."
Tidak ada apapun kecuali pencemaran pertanian. Karena sepanjang sungai di kiri kanan tidak ada bangunan, yang ada lahan pertanian. Itu pun sisa dari pertanian diolah, sehingga air yang masuk sama seperti di hulu,” kata Aher.
Air dua sungai itu, kata Aher, masuk ke perusahaan air minum untuk menjalani beberapa proses dan tahapan sebelum disalurkan ke masyarakat.
Mulai dari diendapkan, diberi zat nutrisi, diberi zat khusus agar lebih sehat airnya, sampai disalurkan ke masyarakat tanpa harus dimasak.
“Sesuai hadis nabi tidak ada perintah memasak air, yang ada minum air bersih. Dimasak itu kan karena khawatir,” kata Aher.
Aher meyakini Jabar bisa meniru Shizuoka jika masyarakatnya memiliki kepedulian terhadap sungai.
Masyarakat harus menjaga water velue sungai dari hulu sampai hilir. Menurutnya, mana kala menjaga water velue dari hulu sampai hilir, maka akan menjadi air bersih yang melimpah.
“Kalau melimpahj Jadi tidak perlu pakai air tanah. Caranya? Tidak Lima M, tidak menebang pohon, tidak membuang limbah ternak, tidak membuang limbah rumah tangga, tidak membuang limbah industri, dan tidak membuang sampah,” kata Aher. (cis)