Senin, 6 Oktober 2025

Empat Orang KLM Cahaya Putih Abadi Tenggelam Belum Ditemukan

Tim SAR belum berhasil menemukan empat korban hilang yakni Hamzah, Nasir, Andi Patiroi dan Salam, akibat tenggelamnya KLM Cahaya Putih Abadi.

Editor: Y Gustaman
Bangka Pos/Riyadi
ILUSTRASI - Kapal pengangkut sembako, yakni KM Berkat Mulia tenggelam di Pangkal Karam Perairan Sungaiselan, Kamis (8/9/2016) sekitar pukul 14.15 WIB. 

TRIBUNNEWS.COM, MBAY - Tim SAR Kabupaten Selayar, Senin (21/11/2016), bergerak ke lokasi kecelakaan KLM Cahaya Putih Abadi di Laut Flores sekitar Pulau Lambegu, Selayar, Sulawesi Selatan.

Hingga pukul 17.30 Wita tim SAR belum berhasil menemukan empat korban hilang yakni Hamzah, Nasir (ABK), Andi Patiroi dan Salam (penumpang).

Pada Selasa (22/11/2016) Badan SAR Nasional akan menambah satu unit armada kapal dan 15 orang personel dari Basarnas Makassar ke lokasi untuk memperkuat tim SAR Kabupaten Selayar.

Demikian disampaikan Staf Pelaksana Kantor Unit Pelaksana Pelabuhan (KUPP) Marapokot, Deany Arisandi, Senin (21/11/2016) malam.

Pencarian hari pertama tim SAR Selayar tujuh orang hanya menyisir di sekitar lokasi tenggelamnya kapal. Pada Selasa (22/11/2016) area pencarian akan diperluas setelah Basarnas memastikan akan menambah satu kapal dan 15 personel dari Makassar ke lokasi untuk membantu pencarian para korban.

"Kapal layak berlayar. Tidak ada kelebihan muatan karena muatan masih di bawah muatan maksimal. Cuaca ketika kapal keluar dari Pelabuhan Marapokot, Jumat (18/11/2016), cerah. Laut juga teduh. Karena itu kami keluarkan izin untuk berlayar," jelas Deany.

KLM CPA cukup aman berlayar karena ada pelampung. Soal alat pemancar pemberi isyarat bahaya, Deany mengaku tidak ada karena untuk KLM (kapal layar motor) tidak diwajibkan.

Mengenai keberadaan empat penumpang di KLM CPA, Deany mengaku tidak tahu karena saat kapal berangkat pihaknya sudah menginstruksikan penumpang yang bukan pengantar ternak turun dari kapal.

"Ketika kapal mau berangkat kami turunkan tujuh orang. Sementara empat orang ini, menurut pemilik kapal sebagai kleder. Kalau dibilang kecolongan, mungkin kami kecolongan karena kecelakaan sudah terjadi. Tetapi kami benar-benar sudah meminta mereka turun," tegas Deany.

Keluarga Andi Pati Roi pasrah dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena anggota keluarga mereka jadi korban KLM CPA.

"Keluarga tadi duduk bersama dengan pemilik kapal. Semua orang beriman menyerahkan kepada Allah SWT. Kalau kecelakaan di darat, itu human error, namun jika kejadiannya di laut berhubungan dengan belayar sudah biasa," tutur saudara sepupu Andi Pati Roi, H. Ibrahim Yusuf, saat dihubungi Senin (21/11/2016) malam.

Ibrahim menjelaskan, Andi Patti Roi terhempas dari rakitan dan bisa diselamatkan. Namun, kemudian terhempas karena hempasan badai kedua kalinya sekitar pukul 07.00 Wita dan dia tidak bisa ditolong lagi.

Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Penfui Kupang, Maria Seran, Senin (21/11/2016) mengatakan, kondisi perairan NTT pada Jumat (18/9/2016) aman untuk kapal berlayar.

Maria menjelaskan hari itu cuaca di perairan utara Flores cerah berawan dengan arah angin Timur Laut Tenggara. Kecepatan angin 3 sampai 8 knot, dengan tinggi gelombang 0,25 sampai 0,5 meter, sehingga aman untuk kapal berlayar.

Sementara pemilik hewan, Samsudin alias Daeng Suro (50) ditemui di rumah kontrakannya di Desa Marapokot, Kabupaten Nagekeo, Senin (21/11/2016) mengatakan, kerugian akibat kecelakaan itu diperkirakan mencapai Rp 1,3 miliar.

Samsudin mengatakan, ada 19 ekor ternak miliknya (sapi 15 ekor dan kuda empat ekor) ikut tenggelam dalam kecelakaan itu. Total kerugian a mencapai Rp 173 juta.

"Uang itu saya kredit di bank. Masih ada sisa cicilan Rp 69 juta. Saya bingung mau bayar pakai apa? Saya hanya berharap ada keringanan dari pihak bank. Kalau tidak menghapus utang saya, paling tidak beri saya waktu," kata Samsudin.

Ia mengatakan, 110 ekor ternak yang ikut tenggelam bersama KLM CPA milik empat orang. Rinciannya, 19 ekor ternak miliknya, 24 ekor ternak milik Haji Rewa, 40 ekor milik Haji Azis dan 20 ekor milik Ruslan (pemilik kapal). Total kerugian termasuk kapal, kata Samsudin, diperkirakan Rp 1,3 miliar.

Pemilik KLM CPA, Ruslan, ditemui di rumah salah satu korban hilang, Andi Patiroi, Senin siang, mengatakan, kondisi kapal cukup baik. KLM CPA, kata Ruslan, dibuat tahun 2013 dan baru delapan kali berlayar.

Ia menjelaskan, total muatan ternak dalam KLM CPA sebanyak 110 ekor, terdiri dari sapi 40 ekor, kerbau 15 ekor, kuda 15 ekor dan kambing 40 ekor.

"Kapasitas kapal 30 GT. Bisa muat sampai 115 ekor ternak besar. Tapi kemarin hanya 110 ekor. Itu pun 40 ekor ternak kambing," ujarnya.

Ruslan mengaku menderita kerugian sekitar Rp 500 juta (kapal, tambah sapi 15 ekor, kuda lima ekor dan 17 ekor kambing). Mengenai empat penumpang di KLM CPA, Ruslan mengaku, sebenarnya niatnya menolong. (Pos Kupang/Dea/Yen)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved