Perjuangan Ibu 'Menyambung' Kaki Anaknya yang Lumpuh Agar Tetap Bisa Sekolah
"Kaki ibu ini sebagai ganti kakimu". Kata-kata penuh kasih sayang ini terlontar lembut dari Tatik Sukilah sembari menggendong putranya, Erry Susilo
Sering kali tatkala tidak mempunyai uang untuk membayar ojek, Tatik menggendong putranya jalan kaki ke SMA Negeri 11. Kurang lebih satu jam ia berjalan melewati trotoar.
Di usianya yang tidak muda lagi, Tatik harus beberapa kali berhenti di pinggir jalan untuk beristirahat sambil mengatur napas.
"Di jalan, yang bikin hati saya 'greeeg' saat Erry bertanya, 'Ibu capek? Ibu malu enggak gendong Erry? Ibu semangat, ya," tutur Tatik sambil memegang dada.
"Saya jawab, 'Ibu tidak capek gendong Erry, tidak malu. Ibu selalu ada untuk Erry'," ucapnya mengulang jawaban ke Erry.
Tidak hanya sekali-dua kali Erry menanyakan itu kepada ibunya. Remaja kelahiran 14 Januari 2000 ini memang sangat menyayangi ibunya.
Ketika ibunya sakit, Erry tidak masuk sekolah. Tidak ada yang menggantikan Tatik untuk membawa Erry ke sekolah.
Meski dalam kondisi keterbatasan fisik, Erry tidak pernah sekalipun mengeluh, merasa malu atau putus asa. Semangat belajar dan sekolahnya tinggi, nilai-nilainya pun tidak kalah dengan teman-temannya.
"Alhamdulilah, selama ini Erry selalu diterima di sekolah negeri. Rata-rata nilainya bagus, tulisannya juga bagus," kata Tatik.
Selain itu, guru dan teman-temanya di sekolah selalu memberikan dukungan kepada Erry. Pengelola sekolah memperbolehkan motor yang menjemput Erry masuk hingga depan kelas.
Selama mengikuti pelajaran di sekolah, Erry duduk di kursi roda lengkap dengan meja. Kursi roda itu bantuan dari seorang anggota TNI.
Teman-teman Erry sering menyuapinya makanan atau minum pada saat istirahat. Mereka juga membantu mengambilkan buku atau hal-hal lain yang diperlukan Erry.
Ketika belajar di rumah, Tattik menggeser meja tamu kecil dan mendudukkan Erry di depan lemari sebagai sandaran. Kedua lengan Erry diletakkannya di atas meja dekat dengan buku yang ingin dipelajari.
"Erry bilang mbok beli meja daripada gesar-geser, tapi saya belum punya uang. Erry minta ganti kacamata saja saya belum bisa belikan, semoga besok ada rezeki," kata Tatik.
Satu hal yang menghantui pikirannya adalah jangan sampai ia meninggal dunia sebelum melihat anaknya sukses. Tatik merasa takut jika tidak ada yang merawat Erry sepeninggalnya.
"Setiap kali shalat, saya minta kepada Allah agar Erry sukses dulu. Saya baru lega kalau sudah sukses dan punya istri yang merawat, itu yang saya pikirkan sampai saat ini," kata Tatik.