Minggu, 5 Oktober 2025

Berawal dari Pilek dan Mimisan, Remaja Miskin Ini Menderita Tumor Ganas

Rahmawati (44) terlihat sabar menemani putra keduanya, Yusuf (22) yang tengah mengalami sakit keras pada bagian wajahnya.

Editor: Sugiyarto
Istimewa
Yusuf mengalami soft tissue tumor regio facial atau tumor yang terdapat di bagian wajah 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Rahmawati (44) terlihat sabar menemani putra keduanya, Yusuf (22)  yang tengah mengalami sakit keras pada bagian wajahnya.

Rahmawati baru mengetahui Yusuf mengalami soft tissue tumor regio facial atau tumor yang terdapat di bagian wajahnya ketika datang berobat ke RSUP Sanglah

Hidung dan mulut Yusuf tampak membengkak hingga melebihi besar kepala Yusuf.

 

Rahmawati menceritakan sudah dua minggu berada di Pulau Bali untuk membawa Yusuf berobat ke RSUP Sanglah

Yusuf dirujuk ke RSUP Sanglah setelah dua RS di kediaman mereka Kabupaten Dompu NTB tak mampu menangani penyakit yang diderita Yusuf sejak tahun 2014.

Kejadian itu berawal dari sakit pilek yang tak kunjung sembuh saat Yusuf sedang bekerja di Selangor Malaysia sebagai buruh KOPRA dua tahun silam.

Kondisi Yusuf sebelum terkena tumor

Yusuf pun berobat ke RS setempat namun tak menyembuhkan penyakitnya kala itu. 

Ketika pileknya mulai sembuh, Yusuf malah sering mengeluarkan darah dari hidungnya (mimisan) secara tidak wajar.

"Dia pilek terus, pileknya sembuh malah mimisan. Awalnya hanya hidung, sekarang sudah menjalar ke bibirnya," kata Rahmawati.

Yusuf pun dipulangkan ke rumahnya di Desa Tembalae Kec Pajo Kab Dompu NTB bulan Oktober 2014 dan dibawa keluarga berobat ke RS di dekat rumah mereka. 

"Pernah dibawa ke RS kecil di Dompu bulan November 2014 di bagian dokter umum dan hanya dikasih obat sementara sakitnya belum bisa dipastikan," ujar Rahmawati.

Rahmawati tetap membawa Yusuf bolak balik berobat ke dokter meski kesehatan Yusuf tak kunjung membaik. 

Yusuf juga sampai dirujuk ke RS terbesar se-kabupaten Dompu dan menjalani rontgen namun dokter tetap tidak menemukan penyakitnya.

Saat itu benjolan kecil baru terlihat di bagian hidung sebelah kanan dan terus mengeluarkan darah. 

"Belum besar waktu itu, bengkaknya baru enam bulan yang lalu sekitar bulan Mei," terang Ibu tiga anak itu.

Rahmawati dan Yusuf beruntung saat mereka bertemu dengan sebuah yayasan WeSaveDompu yang melakukan observasi di Dompu. 

Yayasan tersebut juga mendapat laporan masyarakat mengenai Yusuf sehingga mengajak Yusuf berobat ke RSUP Sanglah Rabu (14/9/2016) karena RS di wilayah mereka tak mampu menangani Yusuf. 

"Tanpa bantuan yayasan belum tentu bisa dibawa ke Sanglah karena kami tidak mampu membawa Yusuf sampai ke Bali," ujar Rahmawati.

Rahmawati dan suaminya, Sudarman (44) sebelumnya juga bekerja di Selangor Malaysia sebagai buruh kelapa sawit.

Sudarman bekerja sejak tahun 2009 sementara Rahmawati mengikuti jejak suami tiga tahun setelahnya dan hanya tinggal di mess pabrik yang seadanya.

Anak pertama mereka, Safrudin (24) bekerja di kampung sebagai staff desa honorer yang gajinya pun pas-pasan.

Sampai saat ini Sudarman masih bekerja di Malaysia untuk mencari biaya pengobatan Yusuf dan anak bungsunya, Ulfansyah (18) turut bekerja menggantikan Yusuf yang tak lagi bekerja karena sakit.

Rahmawati mengaku tidak dapat bekerja karena menjaga dan mengantar Yusuf berobat sembari hanya bertani padi.

Ia tak tahan melihat kondisi Yusuf yang malang.

Tak hanya terkena tumor ganas, Yusuf juga mengidap keterbelakangan mental dan sedikit bisu karena waktu kecil mengalami demam tinggi dan terlambat diobati.

Yusuf juga terpaksa berhenti sekolah saat duduk di kelas 5 SLB karena tidak bisa mengikuti ujian. 

"Dengan keterbatasan itu dia tetap bekerja bantu orangtua bahkan saking kuat bekerja hingga disayang bos managernya disana," ujar Rahmawati

Rahmawati menjelaskan untuk sementara Yusuf hanya diberikan obat minum rutin oleh dokter RSUP Sanglah

Anak pertama mereka, Safrudin (24) bekerja di kampung sebagai staff desa honorer yang gajinya pun pas-pasan.

Sampai saat ini Sudarman masih bekerja di Malaysia untuk mencari biaya pengobatan Yusuf dan anak bungsunya, Ulfansyah (18) turut bekerja menggantikan Yusuf yang tak lagi bekerja karena sakit.

Rahmawati mengaku tidak dapat bekerja karena menjaga dan mengantar Yusuf berobat sembari hanya bertani padi.

Ia tak tahan melihat kondisi Yusuf yang malang.

Tak hanya terkena tumor ganas, Yusuf juga mengidap keterbelakangan mental dan sedikit bisu karena waktu kecil mengalami demam tinggi dan terlambat diobati.

Yusuf juga terpaksa berhenti sekolah saat duduk di kelas 5 SLB karena tidak bisa mengikuti ujian. 

"Dengan keterbatasan itu dia tetap bekerja bantu orangtua bahkan saking kuat bekerja hingga disayang bos managernya disana," ujar Rahmawati

Rahmawati menjelaskan untuk sementara Yusuf hanya diberikan obat minum rutin oleh dokter RSUP Sanglah

Dokter menjelaskan apabila bengkak pada wajah Yusuf atau tumornya sudah menciut, dokter baru bisa melakukan tindakan apakah diambil sampel atau biopsi. 

Adik sepupu Yusuf, Puji turut menemani Yusuf setiap pergi berobat dengan didampingi yayasan dan menggunakan jasa BPJS Kesehatan.

Humas Yayasan WeSaveDompu, Arson (25), memperkirakan pengobatan Yusuf membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sebelum masuk ruang operasi, Yusuf harus mengikuti serangkaian prosedur yang beberapa diantaranya sudah dilakukan yakni registrasi, pengambilan darah, CT Scan, dan deteksi awal penyakit.

"Dokter mengatakan Yusuf tidak bisa langsung dioperasi karena masih harus mengikuti tahap pengecekan seperti cek darah, cek jantung, dan paru-paru," ujar Arson.

Arson mengatakan Yusuf memerlukan bantuan dari masyarakat karena proses pengobatan untuknya masih panjang.

Rahmawati dan Yusuf seringkali hanya makan sekali sehari agar pengeluaran kebutuhan tak terlalu banyak. 

Rahmawati bahkan rela tak makan asal Yusuf bisa makan dua kali sehari dan mendapatkan gizi yang cukup. 

“Ibu (Rahmawati) juga merasa sungkan karena disini menumpang dan dicarikan tempat tinggal oleh yayasan," ujar Arson.

Arson juga menyayangkan sikap dan perhatian pemerintah daerah yang masih sangat kurang karena banyak masyarakat Dompu yang kesusahan hanya dibantu dengan bantuan hasil menggalang dana. 

"Perhatian pemerintah disana sangat kurang makanya bisa masuk daerah tertinggal di Indonesia," kritik Arson.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved