Perlu Pasang Selang dari Ventrikel ke Rongga Perut Balita Penderita Hydrocephalus
Dirujuk dari Puskemas Tanjung Palas Timur ke RSUD Soemarno Sosroatmojo empat hari yang lalu, kondisi Fransiskus sempat tak stabil
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, KALTIM - Dokter yang menangani pasien balita Fransiskus Wendilinus penderita hydrocephalus, dr Aji Ayunita Kristiningrum mengakui kondisi pasiennya itu cukup stabil.
Rencana dirujuknya Fransiskus ke rumah sakit di Samarinda cukup terbuka.
"Kita sudah merencanakan pengerujukan. Mungkin dalam kisaran beberapa hari ke depan kalau orangtuanya juga semakin siap dan kondisi anak tetap stabil seperti ini. Itu akan kita lakukan (pengrujukan)," sebut dr. Aji Ayunita saat disua Tribun Kaltim, Sabtu (3/8/2016).
Dirujuk dari Puskemas Tanjung Palas Timur ke RSUD Soemarno Sosroatmojo empat hari yang lalu, kondisi Fransiskus sempat tak stabil.
"Kami perbaiki kondisi umumnya dulu. Baik dari intake oral masuknya, kemudian kebutuhan komponen darahnya. Karena pas awal masuk, kekurangan komponen Hb (hemoglobin). Kami sudah berikan transfusi darah," sebutnya.
Ayunita mengakui, penanganan utama penyakit hydrocephalus belum bisa dilakukan di RSUD Soemarno Sosroatmojo. Penanganan utama penyakit itu adalah pemasangan vp shunt (ventriculoperitoneal shunting) yang menyangkut tindakan pemasangan selang kecil dari ventrikel, sebuah ruang dalam otak, menuju rongga perut.
"Pengobatan pada dasarnya yang utama adalah cairan yang bocor itu tadi mampu keluar. Jadi harus dilakukan pemasangan vp shunt. Nanti dipasang selang dari ventrikal otak disambungkan ke rongga perutnya. Nanti cairan keluar dari perut dikeluarkan seperti pencernaan dan kencing," tuturnya.
Pemasangan vp shunt sebutnya mesti dilalukan secepatnya. "Karena kalau anak-anak rongga kepalanya belum sepenuhnya menutup. Jadi bisa terus-terus membesar akibat cairan yang keluar. Nanti kalau sudah terlalu tebal, kasihannya tidak bisa dilakukan tindakan lagi," sebutnya.
Penyakit hydrocephalus dituturkan dr. Ayunita merupakan dampak kebocoran cairan spinal dari dari ventrikal-ventrikal otak menuju ke luar jaringan tengkorak hingga menyebabkan pembesaran rongga kepalanya.
Gejala awalnya yang dapat dilihat yaitu adanya pembesaran di lingkar kepala. "Jika normal, 2 cm per bulan dari 3 bulan pertama. Apabila ada pembesaran lebih dari 2 cm per 3 bulan pertama, kita patut mencurigai ada gejalahydrocephalus," ujarnya.
Kedua, biasanya nanti ditemuai ada fenomena "sunset". "Jadi biasanya bola matanya itu turun ke bawah kelopak mata. Jadi kelihatan tenggelam. Tangisnya pada anak-anak yang menderita hydrocephalus biasanya kencang," sebutnya.
Kemungkinan besar hydrocephalus terjadi akibat inveksi, lahir dengan berat badan rendah dengan usia yang prematur. "Anak yang lahir berat badan rendah, kita patut mencurigai kenapa dia bisa keluar dengan berat badan kecil. Dan prematur itu karena ada inveksi. Atau terbentuknya dari ventrikal otak yang tidak sempurna sehingga ada kebocoran yang menyebabkan cairan keluar dan membesar," sebutnya. (wil)