Kamis, 2 Oktober 2025

Hukuman Mati

Freddy Budiman Bersekutu dengan Terpidana Terorisme Membakar Lapas Batu

Orang mungkin tak menyangka, Freddy Budiman pernah melakukan makar, bersekutu dengan terpidana teroris mencoba membakar Lapas Batu.

Editor: Y Gustaman
Youtube
Freddy Budiman. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Prianggoro

TRIBUNNEWS.COM, CILACAP - Benar penilaian Liberty Sitinjak sejak awal terhadap Freddy Budiman. Bandar narkoba yang sudah berkalang tanah di pemakaman umum Mbah Ratu itu bak selebriti.

Tulisan di bawah ini sambungan 'Cerita Tercecer Soal Sel Khusus Freddy Budiman di Lapas Batu', tapi belum banyak orang yang mengetahui fragmen kehidupannya yang lain.

Sempat gentar ketika Sitinjak mendapat tekanan setelah membuatkan sel khusus untuk Freddy hanya dalam dua hari. Sel ini mengisolasi Freddy dari narapidana lain di Lapas Batu, satu dari tujuh lapas yang ada di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Siapa sebenarnya Sitinjak, seperti yang dibeberkan Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan Haris Azhar lewat tulisannya yang tersebar menyikapi eksekusi mati terhadap Freddy? Sitinjak merupakan koordinator dari tujuh kepala lapas di Nusakambangan.

Meski sudah memasang kamera pengawas (CCTV) di depan sel isolasi dan di dalam sel Freddy, tak sedikit para sipir berusaha 'menghamba' kepadanya. Sitinjak pernah terlibat perang urat syaraf dengan Freddy.

Dalam sebuah pertemuan, Freddy mengancam Sitinjak. Cara Freddy menekan tak vulgar, halus tapi mengganggu keberanian Sitinjak.

“Bapak (Sitinjak, red), kalau mengisolasi saya seperti ini nanti bisa dibenci orang banyak lho. Apalagi bapak mobilitasnya tinggi, apa bapak tidak takut?” ancam Freddy seperti ditirukan Sitinjak saat itu.

Ancaman Freddy bukan isapan jempol. Ia berusaha makar, membangun sekutu dengan narapidana kasus terorisme untuk menciptakan amuk di Lapas Batu. Untung Sitinjak mampu mendeteksi dini perlawanan diam Freddy.

“Itu terungkap setelah saya menemukan ada isi sms seorang napi memakai tulisan Arab. Isi sms tersebut intinya untuk melawan saya dan bahkan pernah mengancam akan membakar lapas,” kata Sitinjak kepada Tribunnews.com lewat sambungan telepon, Jumat (29/7/2016).

“Saya sadar sebagai kepala lapas yang di dalamnya ada Freddy pasti akan mendapatkan tekanan. Makanya saya pasang siasat supaya saya selamat,” ujar pria yang kini menjadi Kepala Divisi Pemasyarakatan NTT tersebut.

Sitinjak termakan ancaman Freddy. Sejak itu ia memutuskan meminta ditemani tiga orang pengawal. Tak jarang Sitinjak harus berkeliling kota Cilacap ketika keluar dari Pulau Nusakambangan untuk menghindari jika ada orang yang membuntutinya.

Tak sekali dua Sitinjak memakai wig berbeda bila sedang berada di luar Pulau Nusakambangan.

“Tujuannya supaya saya tidak dikenali oleh orang yang mengincar atau akan membunuh saya,” cerita Sitinjak yang saat itu mengaku mempunyai sejumlah wig dengan model beragam.

Upaya Sitinjak mengisolasi Freddy sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Saat itu Freddy mulai rajin beribadah dan terlihat beberapakali mulai memakai baju koko. Sitinjak sering memanggil Fredy dan memberinya nasihat.

Sitinjak hanya bertahan sampai setahun menjadi Kepala Lapas Batu hingga September 2014. Ia merasa mendapatkan tekanan besar dari berbagai pihak atas kebijakannya mengisolasi Freddy.

“Saya merasa tersingkir dari sana. Tapi wajar saja, saya sudah memperkirakannya. Kalau saya menghentikan peredaran narkoba dan akses komunikasi para bandar narkoba, pasti saya akan disingkirkan,” ujar Sitinjak.

Berebut Angkat Keranda

Pemakaman Freddy Budiman, terpidana mati kasus narkoba, diiringi isak tangis dari sebagian kerabat, rekan hingga keluarga.

Ratusan orang datang memberikan salam perpisahan kepada Freddy di pemakaman umum Mbah Ratu, Krembangan, Surabaya, Jumat (29/7/2016) siang.

Warga setempat ikut mengiringi pemakaman Freddy di liang kubur yang berada di sisi makam abahnya, Murdjito. Jenazah Freddy bakal ditumpuk dengan anggota keluarganya yang lain.

Beberapa warga di antaranya harus rela berdesak-desakan demi menyaksikan jalannya proses pemakaman Freddy. Jenazah tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB.

Kedatangan jenazah dikawal ketat oleh anggota Polsek Krembangan. Jenazah sempat susah dibawa ke liang lahat, karena saking banyaknya orang yang melihat.

Sebagian mereka ada yang rela memanjat pohon. Tidak lupa, mereka juga mengeluarkan ponsel untuk memotret atau membuat video momen pemakaman Freddy.

Pantauan Surya (Tribun Network) di lapangan, keluarga Freddy datang menggunakan pakaian tertutup, mulut tertutup dan menggunakan kaca mata.

Mereka seolah tak ingin wajahnya direkam atau difoto wartawan yang datang ke lokasi. Tampak beberapa kali keluarga Freddy menetaskan air mata dan menyekanya.

Pemakaman berjalan dengan lancar meski sebelumnya makam digenangi air. Isak tangis keluarga pecah setelah Freddy benar-benar dikubur di dalam tanah.

Hingga acara pemakaman selesai, tak ada satu orang dari perwakilan keluarga yang mau berkomentar. Rosyid Akbar (35), warga Krembangan, penasaran dengan Freddy Budiman.

Meski tidak sempat mengenalnya, ia ingin ikut mendoakannya agar segala amal diterima. "Sebagai tetangga saya juga ikut berduka, dan ingin takziah sekaligus mendoakannya," kata Rosyid.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved