Inspirasi Bisnis
Mantan TKI di Banyuwangi Ini Sukses Bikin Kue Lebaran dan Dikirim Hingga ke Taiwan
"Ini namanya kue carang emas dan menjadi favorit kue untuk Lebaran. Kemarin baru kirim ke Taiwan pesanan teman teman buruh migran di sana"
Ia mencontohkan, saat membuat kue carang emas dia menghabiskan 20 kilogram lebih ubi jalar sebagai bahan baku.
Karena selalu gagal, suaminya sempat menyuruh untuk berhenti bereksperimen.
Ani akhirnya memberanikan diri untuk memulai bisnis kue kering dengan modal hanya Rp 200.000.
Pesanan pun berdatangan, bahkan dari luar negeri.
Selama 2 minggu bulan Ramadhan ini, ia sudah menerima pesanan hingga mencapai 4 kuintal.
Mereka pun sudah menutup pesanan karena tenaga produksinya kurang.
Pengiriman kue ke wilayah Malang. Blitar, Madiun Jogya, Jakarta bahkan Lampung. Kue tersebut di kirim ke keluarga buruh migran.
"Yang pesan masih bekerja di luar negeri dan kuenya dikirim untuk keluarganya buat Lebaran. Tapi ada juga yang dikirim langsung ke luar negeri buat obat kangen kampung halaman. Walaupun lebih mahal ongkos kirimnya mereka tidak masalah," jelas Krisna.
Ia mencontohkan, satu kardus berisi kue senilai 500 ribu dengan berat makasimal 6 kilogram, ongkos kirim ke Taiwan bisa mencapai Rp 1 juta.
Saat ini dia memproduksi beraneka jenis kue seperti Carang emas, Kuping Gajah, Stik Coklat, Stik Gurih, Akar Kelapa, Pastel Abon, Kacang Telur, Kacang Bawang dan Kacang Tolo.
Mereka membanderol harga antara Rp 40.000 sampai Rp. 75.000 per kilogram sesuai dengan jenis kuenya. Mereka bisa meraup keuntungan hingga Rp 15 juta.
Selain itu pasangan Krisna dan Ani juga bekerja sama dengan beberapa buruh migran lainnya yang tergabung dalam Keluarga Buruh Migran Indonesia (KAMI) Banyuwangi yang juga membuat kue kering khas Lebaran jenis oven.
Salah satunya adalah Siti Umaiyah (43) asal desa Benculuk Kecamatan Cluring.
Selama bulan puasa ia dibantu 15 orang yang sebagian besar adalah mantan TKW.
Mereka sudah membuat hampir 6 kuintal pesanan kue khas Lebaran.