Kisah AKBP Slamet Riyanto yang 11 Kali Naik Pangkat, Hingga Pensiun Jadi Pengendara Sepeda Motor
Kisah Slamet Riyanto Jadi Polisi Berijazah SMP Hingga Berpangkat AKBP, kini masih naik sepeda motor
Diakui, ia masuk menjadi Tamtama Polisi menggunakan ijazah SMP.
Lantaran ingin menjadi yang lebih baik, ia pun rela 'nyambi' melanjutkan sekolah, usai resmi berdinas di kepolisian.
"Saya izin pimpinan, nyambi sekolah di STM Saraswati. Karena sekolahnya siang - sore, jadi saya dinasnya pagi atau malam hari," tutur ayah dua anak itu.
Saat itu Slamet Riyanto bertekad setidak-tidaknya dia bisa mendapat kenaikan pangkat hingga menjadi Sersan.
Tak hanya itu, setelah beralih menjadi Bintara Kepolisian, pada 1993/1994 ia pun mengikuti sekolah calon perwira (Secapa).
"Setelah lulus Secapa, dengan pangkat Letnan Dua, saya pindah tugas menjadi Kapolsek Dawe. Di sana saya berdinas selama delapan tahun," katanya.
Lepas dari Kapolsek Dawe di Kudus, ia pernah menjadi Kapolsek Jekulo selama tiga tahun.
Lalu, pada 2006-2008, ia menjabat sebagai Kasat Obvit Polres Kudus, dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP).
Selanjutnya, ia menjabat Kasubag Bin Ops Polwil Pati. Kemudian, Kapolsek Ngaliyan, Semarang.
"Terus di Humas Polda Jateng, dan kemudian menjadi Kabagren Polres Kudus, pada Februai 2015 - awal 2016 kemarin," urainya.
Dituturkan, selama berdinas di Kepolisian selama 39 tahun ia telah tak pernah menjalani hukuman disiplin.
"Saya bangga, selama bertugas tidak pernah ada cacat. Dari pangkat terendah, Bharada, sampai sekarang menjadi perwira menengah (Pamen), AKBP. Selama itu pula, gaji saya tak pernah dipotong karena utang," ucapnya.
Slamet Riyanto selalu menerapkan hidup pola hidup sederhana.
Menurutnya itu menjadi satu di antara beberapa faktor yang membuatnya gajinya selalu utuh, tak pernah terpotong utang.
Meski selama ini sering mendapat fasilitas mobil dinas, ia mengaku lebih suka mengendarai sepeda motor.