Senin, 6 Oktober 2025

Uniknya Pasar Papringan, Hanya Buka 35 Hari Sekali Setiap Minggu Wage

Pasar Papringan di Kabupaten Temanggung tercipta atas kreativitas Singgih Susilo Kartono (48), alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB).

Editor: Dewi Agustina
Tribun Jateng/Arianggoro
Suasana Pasar Papringan, Temanggung. 

TRIBUNNEWS.COM, TEMANGGUNG - Pasar Papringan di Kabupaten Temanggung tercipta atas kreativitas Singgih Susilo Kartono (48), alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Desain Produk.

"Saya dulu kuliah di Bandung dan sempat kerja di sana. Saya merasakan crowded hidup di kota dan pada saat bersamaan saya melihat potensi-potensi desa mulai hilang. Akhirnya saya memutuskan kembali ke desa," kata pria asal Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung itu, Minggu (20/3/2016).

Singgih mengakui tidak mudah mewujudkan pasar yang sudah digagasnya sejak 10 tahun silam.

Kegelisahan muncul ketika Singgih yang aktif bersepeda kala pagi berkeliling desa. Ia sedih melihat desanya yang miskin dan warganya yang produktif banyak mengadu nasib ke kota.

Singgih beranggapan langkah warga itu kurang tepat. Menurutnya, desa mestinya menjadi pusat kegiatan ekonomi bagi warganya.

Pembangunan desa harus dilakukan tidak berperspektif kota yang hanya menekankan pada fisik bangunan semata.

Singgih lalu membuat sebuah tempat yang dijadikan lokasi workshop atau tempat latihan sebelum membuat Pasar Papringan.

Lantaran rumahnya yang terlampau sempit, Singgih sempat menyewa ruang tamu milik tetangganya untuk dijadikan tempat workshop.

Singgih Susilo Kartono, pendiri Pasar Papringan

Di situ Singgih melatih warga, terutama pemuda kampung setempat, untuk membuat beragam kerajinan dari bahan bambu.

"Kenapa bambu? Sebab di dusun ini banyak sekali kebun bambu. Saat itu saya berpikir kenapa tidak memanfaatkan bambu saja, yang merupakan bagian dari potensi desa ini," ujar Singgih.

Tempat workshop itu pada awalnya menciptakan barang-barang dari kayu dan bambu.

Satu di antaranya radio kayu bermerek Magno, furniture dengan desain tradisional inovatif, dan beberapa produk lain. Sampai akhirnya ia membuat sepeda dari bahan bambu pada 2013.

"Sepeda bambu sudah dibuat di Eropa sejak tahun 1800-an, padahal di sana tidak ada bambu. Saya berpikir mengapa di sini yang kaya bambu tidak bisa membuat sesuatu," kata dia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved