Selasa, 7 Oktober 2025

Erlanda Syahputra, Hidup Tanpa Sinyal HP dan Kerap Didatangi Harimau

Banyak guru pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas di wilayah itu, namun hanya bertahan tiga atau lima bulan.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Erlanda Syahputra, Hidup Tanpa Sinyal HP dan  Kerap Didatangi Harimau
SERAMBI/KHALIDIN
ERLANDA SYAHPUTRA, saat mengajar murid Sekolah Dasar (SD) Negeri Darussalam, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam, belum lama ini

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Khalidin

BERTUGAS sebagai guru di daerah terpencil bukanlah pekerjaan mudah. Tak banyak orang yang siap tinggal jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Tapi tantangan ini tidak berlaku bagi Erlanda Syahputra, sosok guru terpencil di Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam.

TUJUH tahun lalu Erlanda Syahputra (34), memutuskan menjadi guru bagi anak-anak di Desa Darussalam, sebuah perkampungan eks transmigrasi XX atau dikenal dengan sebutan transmigrasi Bhineka Tunggal Ika, 40 kilometer dari pusat Kota Subulussalam.

SDN Darussalam hanya memiliki 43 murid dengan enam ruang belajar, dan fasilitas yang serba minim seperti tanpa dilengkapi bangunan MCK, perpusakaan dan kantor sementara rumah dinas guru setempat juga masih sangat kumuh karena bertahun-tahun tak direhab.

Di wilayah itu, jalan belum dilapisi aspal sehingga setiap hari para guru harus bergumul dengan lumpur saat pulang dan pergi mengajar dan di sanalah Erlanda dan beberapa guru lainnya hidup, tinggal dan mengabdi.

“Waktu saya pertama kali menginjakkan kaki di Darussalam sambutan hangat penuh harapan dari masyarakat membuat saya terharu,"  kata Erlanda saat Serambi menyambangi SDN Darussalam, pekan lalu.

Tatapan masyarakat penuh harapan itu seolah agar saya hadir di sini, mendidik anak-anak mereka dan ini membuat saya makin betah di kampung ini.

Berdasarkan keterangan masyarakat setempat, ada banyak guru pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas di wilayah itu, namun hanya bertahan tiga atau lima bulan.

Setelah itu, mereka pindah ke daerah lain yang lebih dekat dengan kota, sementara Erlanda, ayah satu putra ini telah mengabdi di SDN Darussalam sejak 2009 lalu.

Besarnya niat untuk mengabdi bagi anak-anak di wilayah pedalaman itu juga ia buktikan dengan memindahkan istrinya dari tempat mengajar di SDN Pasir Belo, Kecamatan Sultan Daulat.

Tak hanya itu, Erlanda bahkan saat ini telah membangun rumah pribadi di kampung terpencil tersebut.

”Soal pindah ini sangat sering ditanyakan orang-orang, tapi yang pasti saya belum berniat pindah hingga sepuluh tahun lagi,” tutur suami dari Irma Rapita ini.

Erlanda menuturkan dirinya sempat bimbang saat ditempatkan di daerah terpencil yang dikelilingi gunung dan rimba.

Namun saat itu ia tidak bisa protes karena sudah menjadi tugas.

Belakangan, Erlanda pun mengaku semakin menyadari kalau tugas yang dia emban begitu mulia.

Selama tujuh tahun mengabdi di SDN terpencil, sederet pengalaman pahit telah ia rasakan.

Saat awal bertugas di SDN Darussalam, Erlanda menempati sebuah rumah dinas tua dengan kondisi rapuh dan dinding sudah tak rapat lagi.

Bagunan bekas eks transmigrasi berukuran 6X7 meter itu dilengkapi 12 jendela terbuka.

Erlanda bersama keluarganya acap kali merasakan percikan air hujan yang masuk lewat ruang jendela yang terbuka saat diterpa angin dan badai.

Darussalam kala itu belum tersentuh listrik sehingga setiap malam desa itu gelap membuat suasana mencekam.

Tak ada hiburan bagi keluarga seperti televisi juga tanpa sinyal telepon.

Bahkan, saking terpencil dan sunyi, warga Darussalam kerap diteror harimau yang masuk ke perkampungan.

Masyarakat Darussalam kini menjadikan Erlanda sebagai keluarga.

Selain seorang guru, ia juga kerap mengabdi mengurusi warga yang sakit.

Sulitnya hidup di dearah terpencil, juga dirasakan Elanda ketika ia harus berjalan kaki sejauh belasan kilometer untuk mengangkut kebutuhan bahan pokok.

”Malah kalau hujan lebat kami tidak bisa belanja atau pas belanja ke Subulussalam tiba-tiba hujan deras terjebak banjir dan lumpur maka harus bermalam di luar,” ungkap guru asal Kutacane ini.

Namun sayangnya, pengabdian yang diberikan Erlanda dan guru terpencil lainnya di kawasan itu belum sebanding dengan penghargaan yang mereka terima dari negara.

Dari lima guru berstatus PNS di SDN Darussalam, empat di antaranya tidak mendapat dana terpencil termasuk Erlanda.

Padahal, SDN Darussalam melalui keputusan Wali Kota Subulussalam merupakan salah satu sekolah terpencil.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved