Minggu, 5 Oktober 2025

Roin, Bocah Kecil dari Brebes Jualan Siomay Bakar di Klaten

Raut muka Roin berseri. Sesekali, dia mengotak-atik kompor dan gerobak dagangannya sambil menunggu pelanggan

Editor: Gusti Sawabi
Tribun Jogja
Roin dan dagangaannya 

"Jangan, jangan pergi," ungkap Roin atas larangan ibunya.

Menurut dia, pendapatan yang diperolehnya dari jualan siomay bakar cukup lumayan meski fluktuatif tergantung minat masyarakat yang membeli.

"Kalau jualannya habis satu gerobak pendapatan kotor bisa sampai Rp 200.000," ungkap Roin.

"Ya tergantung jualannya, terkadang dikasih Rp 60.000, Rp 50.000, Rp 40.000. Seringnya dapat Rp 50.000," tambahnya.

Turadi, warga sekitar, hanya bisa menyayangkan anak seumuran Roin harus berjibaku untuk urusan perut.

"Pas ta tanya pendapatan per harinya ya sekitar Rp 60.000, ya lumayan besar. Tapi masalahnya kan pendidikannya terlantar. Ngesakne lare-lare (kasihan anak-anak) seumuran gitu," ungkapnya iba.

Meski demikian, Turadi memaklumi kondisi Roin. Pasalnya di desanya juga masih banyak anak yang putus sekolah, dan memutuskan untuk kerja di tambang pasir.

"Orang-orang sini juga banyak yang kerja setelah lulus dari SD. Kerja di tambang pasir, mayoritas begitu," unggahnya.

Juragan Wagi

Wagi, sang juragan siomay bakar, menuturkan bahwa selama ini, dia tidak pernah mengajak orang-orang di desa asalnya untuk ikut berjualan bersamanya. Semua orang yang ikut dengannya berjualan atas kemauannya sendiri.

Wagi menuturkan bahwa anak-anak kecil di kampung halamannya di Citimbang, banyak yang putus sekolah. Kemiskinan sangat identik di kampung kelahirannya sehingga banyak anak kecil yang memutuskan untuk kerja.

"Kalau mau komentar melanggar undang-undang, toh ini atas kemauan sendiri. Saya tak pernah mengajak," sangkalnya.

Kini ada tujuh orang yang ikut Wagi, dan dia mengakui bahwa dua di antara orang-orangnya masih di bawah umur untuk dipekerjakan.

Hasil jualan dibagi dengan sistem 30 persen untuk pegawai dan 70 persen untuk modal dan untung usaha. Dia juga menegaskan tak pernah mengharuskan para pekerjanya untuk mencapai target setoran tertentu.

Dalam memberikan upah, Wagi tak mau langsung memberikan gaji tersebut pada anak buahnya. Gaji mereka baru akan diberikan kalau mereka pas lagi butuh atau saat pulang ke rumah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved