Kontroversi Gafatar
"Di Gafatar Kami Hanya Bertani untuk Hidup Lebih Baik"
Zainal bergabung dengan Gafatar pada 2013 silam, harapannya tak muluk, bertani dan mendapatkan hidup lebih baik.
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Welly Hadinata
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Dua warga Sumatera Selatan mengakui bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar tak lebih untuk kehidupan lebih baik dari sebelumnya.
Ungkapkan ini disampaikan Zainal Abidin dan Fahmi, dua bekas pengikut Gafatar yang sementara masih tinggal di Panti Karya Harapan Wanita, Jalan Panti Sosial, Sukarami KM 10 Palembang, Senin (1/2/2016).
"Saya masuk Gafatar tahun 2013. Gafatar memiliki misi berbangsa dan bernegara. Lalu ada program ketahanan pangan, jadi kami hanya bertani dan mencari hidup yang lebih baik," cerita Zainal.
Zainal berujar, sesuai misinya Gafatar mengedepankan kehidupan kebersamaan, meski belakangan karena muncul banyak penolakan organisasi ini kemudian dibubarkan.
"Kami hidup saling tolong menolong dan kebersamaan. Kalau bahasa Pancasilanya gotong royong. Kami hidup untuk bermasyarakat dan bukan bernegara," ujar Zainal.
Demikian juga Fahmi, ia pergi ke Kalimantan hanya untuk bercocok tanam.
"Awal targetnya bertani padi, tapi masih fokus bercocok tanam sayuran seperti menanam ketimun. Intinya kami ingin mencari kehidupan lebih layak. Saat ini kami masih bingung. Mungkin saya dan keluarga mau balik kampung di Purworejo untuk beternak," ujar dia.