Minggu, 5 Oktober 2025

Uang Rp 60 Juta yang Disimpan Sukimin di dalam Gabah Ludes Terbakar

Sepeda motor, sepeda ontel, genset, kulkas, TV, hingga uang tunai Rp 60 juta dan hasil kebun seperti kacang tanah dan gabah hangus terbakar.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Jateng/Suharno
Ilustrasi Kebakaran 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Kebakaran menghanguskan rumah milik Sukimin (70), warga Desa Muntal, Kelurahan Patemon, Gunungpati, Kota Semarang, Rabu (28/10/2015) sekitar pukul 05.00 WIB.

Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun seisi rumah milik Sukimin ludes terbakar. Sepeda motor, sepeda ontel, genset, kulkas, TV, hingga uang tunai Rp 60 juta dan hasil kebun seperti kacang tanah dan gabah hangus terbakar.

Uang yang hangus terbakar itu disimpan di antara gundukan gabah kering.

Lianti, anak kandung Sukimin menuturkan, saat kejadian ayahnya sudah berangkat ke kebun, sedangkan ibunya, Musinah, sedang mencuci piring di belakang rumah.

"Subuh bapak sudah ke kebun, ibu cuci piring," kata Lianti kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network).

Menurut Lianti, sebelum rumahnya hangus terbakar, listrik di perkampungan itu mati sehingga ayahnya menggunakan lilin untuk penerangan. Listrik mati sekitar pukul 02.00. Diduga, api dari lilin inilah yang jadi penyebab terbakarnya rumah Sukimin.

"Api berasal dari ruang tengah, cepat sekali membesar," kata Lianti.

Tetangga membantu pemadaman api menggunakan alat pemadam api ringan (Apar) dan air. Namun api terus membesar dan menghanguskan seisi rumah. Terlebih tidak ada petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran yang tiba di lokasi.

"Kami mau hubungi pemadam kebakaran tapi tidak tahu nomor teleponnya, cuma dibantu warga siram air seadanya," kata suami Lianti, Ngatiyono.

Api baru bisa padam sekitar pukul 07.00 WIB.

"Semuanya habis mas, uang hasil penjualan tanah bapak disimpan di dalam gabah juga hangus terbakar. Total Rp 70 juta disimpan di gabah, bisa diselamatkan sekitar Rp 10 juta, sisanya hangus terbakar," katanya.

Menurut Lianti, ayahnya sejak dulu memang terbiasa menyimpan uangnya di dalam gabah. Uang tersebut merupakan hasil penjualan tanah milik Sukimin. Rencananya, uang itu akan digunakan lagi untuk membeli tanah kebun.

"Bapak memang begitu, nabung untuk masa depan anaknya. Kalau cukup lalu dibelikan tanah kebun lagi," katanya.

Di rumah sederhana itu Sukimin tinggal bersama istrinya, sedangkan anaknya tinggal di rumah yang berdampingan dengan rumah Sukimin.

Lianti menuturkan, ayahnya sudah deal dengan seorang penjual tanah kebun dan uang senilai Rp 70 juta itu akan dibayarkan untuk tanah.

"Tadi yang jual tanah datang, harusnya pembayaran tanah hari ini (Rabu 28/10), tapi akhirnya tidak bisa karena uangnya terbakar," kata Lianti.

Lianti menceritakan, ayahnya seolah belum bisa menerima rumah dan isinya hangus terbakar. Saat api masih berkobar, Sukimin berusaha menerobos api untuk menyelamatkan harta bendanya termasuk uang tunai yang disimpan di dalam gabah.

"Tetangga tahan, katanya nyawa lebih berharga ketimbang uang. Padahal bapak ngotot mau selamatkan harta bendanya," katanya.

Menurut Lianti, ayahnya memang menumpuk hasil kebun di dalam rumahnya seperti kacang tanah dan gabah. Hal itu dilakukan Sukimin untuk mengantisipasi masa paceklik seperti musim kemarau saat ini.

Di ruang tengah, Sukimin menyimpan berkarung-karung kacang tanah, sedangkan di ruang belakang tempat penyimpanan gabah.

Di satu tempat berbentuk kotak terbuat dari fiber Sukimin menyimpan uang Rp 70 juta hasil penjualan tanah itu di antara tumpukan gabah.

"Simpan uangnya di kotak seperti bak air yang biasa dipasang di atas menara. Bapak memang simpan gabah di situ," katanya.

Lianti berharap ada pihak yang mau membantu perbaikan rumah ayahnya yang hangus terbakar.

"Mudah-mudahan pemerintah mau bantu, ini rumah seisinya hangus terbakar. Tidak ada harta benda yang bisa diselamatkan," katanya sedih.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved