Sabtu, 4 Oktober 2025

Calon Desainer Itu Hanya Bisa Terbaring Berjuang Melawan Penyakit Misterius

Penyakit tak menghalangi semangat Ahmad Muqorrobin untuk terus mengejar cita-citanya menjadi seorang desainer.

Tribun Jogja/Agung Ismiyanto
Ahmad Muqorrobin hanya bisa terbaring lemah di sebuah rumah sederhana yang tak terawatdi Dusun Prembulan, RT 5, Desa Tegalarum, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Pria berusia 32 tahun ini terus berjuang melawan penyakit misterius yang diidapnya. Hanya doa dan kepasrahan yang dimilikinya untuk bertahan hidup. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Penyakit tak menghalangi semangat Ahmad Muqorrobin untuk terus mengejar cita-citanya menjadi seorang desainer.

kini hanya bisa terbaring lemah di sebuah rumah sederhana yang tak terawat, pria berusia 32 tahun ini terus berjuang melawan penyakit misterius yang diidapnya.

Hanya doa dan kepasrahan yang dimilikinya untuk bertahan hidup.

Saat Tribun Jogja datang di sebuah rumah sederhana di Dusun Prembulan, RT 5, Desa Tegalarum, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, hati ini bergetar begitu memasuki rumah berukuran 8x7 meter yang berdinding anyaman bambu atau gedheg itu.

Seorang pria berwajah pucat, berbadan kurus, dan bermata cekung terbaring lemah di sebuah dipan atau tempat tidur beralaskan sebuah kasur tipis dan bantal guling yang terlihat usang.

Sampah plastik minuman kemasan, makanan ringan, dan bungkus rokok, berserakan di lantai rumah berplester itu.

Debu juga terlihat memenuhi ruangan tempat Ahmad terbaring.

Sementara sarang laba-laba memenuhi sudut ruangan dan dinding rumah Ahmad yang hidup yatim piatu dan mengandalkan uluran tangan dari tetangga dan pamannya tersebut.

Ahmad masih bisa merespon orang yang mendatanginya. Dia juga menyapa setiap orang yang menjenguk dengan senyuman.

Sedikit demi sedikit dia menceritakan penyakit aneh yang diidapnya sekitar satu tahun terakhir ini.

“Saya tidak bisa berdiri dan berjalan dengan normal. Rasanya sakit dan nyeri, kalau untuk beraktivitas. Akhirnya, saya hanya terbaring saja, “ katanya, saat ditemui Tribun Jogja, Selasa (21/9/2015).

Ahmad yang juga akrab disapa dengan Robin ini menjelaskan, sakit yang dirasakan itu berasal dari bagian selangkangannya.

Lama kelamaan, sakit menyebar ke bagian punggung dan bagian tulang belakangnya.

Saat buang air besar, adalah saat yang menyiksa dirinya. Untuk sekedar jongkok saja, Ahmad mengaku kesulitan. Dia mengaku harus berdiri jika buang hajat.

Sementara untuk sekadar makan dia harus tetap berbaring di kasur tersebut.

Tak jarang, tetangga, teman, dan kerabatnya menyuapi Robin.

Namun, di setiap harinya Robin tetap berusaha untuk duduk dan menghadap komputer.

“Paling tidak setengah jam saya duduk dan berusaha menggambar desain untuk melatih hobi saya. Soalnya saya tetap punya cita-cita jadi desainer,” kata Robin yang pernah mendapat uang ratusan dollar dari kontes logo ini.

Hingga saat ini, Ahmad berharap bisa sembuh dari penyakitnya. Dia juga mengaku sedih jika harus bergantung dari pertolongan orang.

Namun, dia hanya bisa berpasrah dan tetap berdoa pada Tuhan agar sembuh dari penyakitnya.

Robin mengaku tidak mengetahui secara pasti penyakit yang diidapnya. Namun, menurut keterangan dokter, ada semacam saraf terjepit dan kalsium di persendian yang mulai hilang.

Dia juga menduga penyakit ini tak lepas dari pergaulan bebas dan pola hidup yang kurang baik saat masih bisa berjalan normal.

“Saya dulu suka minum-minuman keras, pokoknya kehidupan saya bebas dan pergaulan saya bebas. Mungkin ini cobaan bagi saya, mudah-mudahan ada kesembuhan,” kata pemuda kelahiran 17 Oktober 1983.

Sahil (74), paman korban, mengakui penyakit yang diidap keponakannya itu cukup misterius. Namun, dia mengaku ada kaitan antara kebiasaan hidup yang kurang baik yang dilakukan oleh Robin saat bisa berjalan normal.

“Dia itu sempat berjualan kerajinan di TWCB. Ya, hasilnya sebenarnya lumayan. Namun, juga banyak dipergunakan untuk hal-hal yang kurang baik,” katanya.

Kendati demikian, Sahil dan Amini (65), istrinya berupaya untuk memperhatikan kesehatan Robin.

Segala upaya agar dia dapat sembuh terus diupayakan, meski penghasilan Sahil terbatas sebagai seorang petani.

“Mudah-mudahan ada kesembuhan dan ada yang membantu. Kalau dari desa dapat jaminan kesehatan,” katanya.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved