Kamis, 2 Oktober 2025

Orang Tua Bayi Kembar Siam Dekat Rumah Bupati Butuh Bantuan

Iwan menceritakan, bayi kembar siamnya itu lahir dengan kondisi perut hingga kakinya berdempetan.

Editor: Hasanudin Aco
Tribun Jabar/M Syarif Abdussalam
Bayi kembar siam, Al-Futri Anugerah dan Al-Futri Awiningsih. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam

TRIBUNNEWS.COM, GARUT -  Malang benar nasib Al-Futri Anugerah dan Al-Futri Awiningsih. Bayi kembar siam berusia 18 bulan ini dilahirkan dan hidup dengan kondisi perut dan kaki berdempet.

Mereka tinggal bersama kedua orang tuanya, Iwan Kurniawan (33) dan Yani (24) dengan kondisi kehidupan yang sangat sederhana di Kampung Padasari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Bandung, yang ternyata hanya beberapa ratus meter dari rumah Bupati Garut Rudy Gunawan.

Iwan menceritakan, bayi kembar siamnya itu lahir dengan kondisi perut hingga kakinya berdempetan.

Sedangkan bagian kepala, tangan, dan dada, masing-masing terpisah dengan anggota tubuh yang normal. Setelah lahir, anak kembar siamnya itu sempat dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta.

Mereka pun divonis tidak mungkin dipisahkan melalui operasi pemisahan.

"Kata dokter, kalaupun hal ini dipaksakan dilakukan, kemungkinan keduanya bisa bertahan hidup sangat kecil, yaitu sekitar 10-15 persen saja. Kedua anak ini masing-masing mempunyai jantung dan paru-paru yang lengkap, namun hatinya hanya satu," kata Iwan, Rabu (1/4/2015).

Kedua anaknya ini tak mempunyai lubang anus sehingga mereka tidak bisa mengeluarkan kotoran dengan normal.

Pihak RSCM saat itu terpaksa membuat lubang di atas pusar mereka agar kotoran bisa terbuang melalui alat penampungan kotoran yang setiap harinya harus diganti sekitar empat kali.

Sebagai kepala keluarga, Iwan sama sekali tidak punya penghasilan karena tidak lagi bisa bekerja.

Setiap hari dia harus mengurus bayi kembar siam ini karena ibu kandungnya sudah tidak lagi bisa mengurus anaknya. Yani mengalami depresi berat.

Dua pekan lalu, katanya, dia mendapat surat dari RSCM agar anak kembarnya kembali dibawa ke RSCM untuk menjalani operasi amputasi kaki yang tidak berfungsi.

Namun karena keterbatasan ekonomi, Iwan belum bisa membawa bayi kembar siamnya ke RSCM.

"Saya memang tidak perlu memikirkan biaya amputasi karena pihak RSCM menggratiskannya. Namun di sisi lain, kami tetap tidak bisa pergi ke RSCM begitu saja tanpa memiliki uang sama sekali karena tentunya ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi selama berada di sana," katanya.

Barang-barang berharga keluarga ini sudah habis karena terus dijual untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Terakhir, sepeda motor milik Iwan pun sudah digadaikan karena saat itu terdesak untuk biaya sehari-hari. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved