Kamis, 2 Oktober 2025

Bertahan Hidup, Anshar Makan Mi Campur Solar di Tengah Laut

Untuk bertahan, beberapa nelayan bahkan terpaksa makan mi instan yang sudah bercampur dengan air laut dan solar.

Editor: Dewi Agustina
Intisari
ILUSTRASI : kapal terombang-ambing di laut 

TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Kapal Motor (KM) Marcel Jaya 20 asal Muara Angke Jakarta, Karam di perairan laut Jawa
sejak, Senin (2/3/2015).

Beruntung 26 anak buah kapal (ABK) yang berada di kapal itu bisa diselamatkan nelayan setempat menggunakan KM Tambah Rejeki, Rabu (4/3/2015).

Perjuangan untuk hidup para nelayan itu cukup berat karena sudah terombang-ambing di lautan selama dua hari. Untuk bertahan, beberapa nelayan bahkan terpaksa makan mi instan yang sudah bercampur dengan air laut dan solar.

Karamnya KM Marcel Jaya ini, disebabkan kondisi cuaca buruk di tengah laut. Nakhoda KM Marcel Jaya, Zakaria (44), mengatakan gelombang di perairan Laut Jawa sangat tinggi sehingga kapalnya terombang-ambing.

"Cuaca tidak bagus, tinggi gelombang sampai sekitar 5 meter," kata warga Aceh itu, di Kantor Satpolair Polres Batang, Kamis (5/3/2015).

Gelombang tinggi itu, kata dia, membuat kapal tidak bisa terkendali. Beberapa kali ombak menghempaskan kapal, hingga akhirnya kapal oleng dan terbalik.

"Semua kru langsung keluar dari kapal. Ada sebagian yang sudah keluar melompat ke laut duluan," ujarnya.

ABK Marcel Jaya 20, Anshar (57), mengaku terlempar saat ombak tinggi menerjang dan menggulingkan kapal berkapasitas 29GT.

"Saya kaget juga, sempat tenggelam. Tapi saya lihat teman-teman berusaha kumpul di kapal yang terbalik," ujar warga Bone, Sulsel.

Barang bawaan yang ditaksir senilai Rp 3 miliar berisi cumi itu pun lenyap di tengah lautan. Bahan makanan yang tersisa hanyalah mi instan yang telah tercemar bahan bakar solar dan air laut.

"Yang tersisa cuma mi instan, saya makan itu. Tapi tidak semuanya makan mi, karena jumlahnya sedikit," ujar dia.
Selama 3 hari 2 malam di lautan, tidak mengkonsumsi makanan lainnya.

"Di atas kapal nggak bisa apa-apa. Tidur juga nggak bisa, dua malam ini," katanya.

ABK lainnya, Sahidi (30), Warga Cirebon, mengaku tidak bisa menyelamatkan barang-barangnya ketika kapal terbalik.

 "Saya di tengah laut itu juga sudah pasrah kalau tidak ada yang menyelamatkan," ujarnya.

Namun, dia mengaku terus berdoa agar ada yang bisa membantunya. Beruntung nelayan sekitar, menggunakan KM Tambah Rejeki bisa membawa semua korban ke Pelabuhan Batang sekitar pukul 16.00 WIB, Rabu (4/3/2015). Kemudian, keesokan harinya atau kemarin, 26 nelayan itu dipulangkan ke Jakarta menggunakan bus.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved