Tak Mampu Bayar RS, Jenazah Suspek HIV 'Tersandera'
Julham yang tengah sibuk menelepon keluarga karena pihak RSUP Adam Malik tidak mengeluarkan jenazah
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Hijrah ibunda seorang pasien yang diduga suspek Human Immunodeficiency Virus (HIV) berinial W terlihat meneteskan air mata sembari membaca surat yasin tepat disebelah jenazah putrinya, di ruang Paru Lantai III Rumah Sakit Pusat Adam Malik Medan, Kamis (12/2/2015).
Siang itu, Hijrah enggan berbicara, wajahnya hanya menatap jasad putrinya tertutup kain batik. Bahkan, pihak keluarga tak ada yang datang. Oleh sebab itu, ia hanya bersama putranya Julham yang tengah sibuk menelepon keluarga karena pihak RSUP Adam Malik tidak mengeluarkan jenazah sebelum keluarga membayar biaya pengobatan.
Julham mengatakan kakak kandungnya, menjalani perawatan medis di RSUP Adam Malik Medan sejak Senin (10/2/2015) lalu. Sebelumnya, pihak Puskesmas Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat menyatakan W Suspek HIV. Namun demikian, W mendapatkan perawatan di ruang Paru.
"Pihak dokter di Pukesmas Besitang bilang kakakku Suspek HIV. Sedangkan sakit parahnya sejak sebulan lalu. Saya enggak tahu dia (W) tertular virus ini dari mana, karena selama ini tinggal dan bekerja di Kota Medan," ujarnya.
Julham menjelaskan, kakak kandungnya W sudah cerai dari suaminya. Bahkan anaknya telah meninggal beberapa bulan silam karena mengalami panas tinggi. Oleh sebab itu, dia memohon bantuan agar jenazah dapat dibawa pulang ke Besitang, Kabupaten Langkat.
"Anaknya kakakku sudah meninggal saat berumur delapan bulan. Tahun lalu meninggalnya. Selama ini dia (W) bekerja sebagai cleaning service di Center Point. Tapi belakangan dia kerap kerap sakit," katanya.
Dia menuturkan, pihak BPJS menyatakan data kartu Jamkesmas tidak sesuai dengan Kartu Keluarga artinya ada ketidakcocokan. Oleh sebab itu, BPJS menolak klaim tersebut, sehingga keluarga harus membayar layaknya pasien umum.
"Kami enggak ada uang bang, kalau saya tahu tidak bisa dirawat pakai BPJS gini mending kemarin enggak usah masuk RSU. Sudah satu jam saya hanya menunggu di kamar. Belum ada penyelesaiannya mohon bantuannya lah bang," ujarnya.
Julham mengungkapkan perawat RSUP Adam Malik menyatakan biaya pengobatan Rp 3.191.000. Oleh karena itu, pihak RSUP tidak dapat mengeluarkan janazah sebelum keluarga membayar setengah dari total biaya itu.
"Kami dipaksa tadi suruh bayar. Kalau nggak jenazah tak bisa keluar. Kami bayarlah seadanya. Sisanya tunggu keluarga dari Besitang datang kemari sekalian bawa ambulance," katanya.
Jelang janazah dibawa ke kamar mayat Hijrah terlihat terduduk lesu, kaos lengan panjang dan sayur coklatnya terlihat kusam air matanya tak henti mengalir. "Kasihan anakku. Lihatlah bajunya belum aku ganti. Tadi ditarik aja anakku dari tempat tidur rawat ke tempat tidur jenazah ini. Gak ada lembutnya. Gak bisa lagi aku membilangkannya. Udah lah ya. Makasih banyak kalian udah tolong kami," ungkapnya.
Namun, jenazah W masih harus tetap mangkrak di depan pintu ruang jenazah. Saat itu jenazah W ditutup oleh kain selendang merah, sehingga tak menampakkan wajah dan tubuhnya yang begitu kurus.
Sebelumnya proses pengeluaran jenazah berjalan alot. Hal ini membuat Kepala Ombusdman Sumut, Abyadi Siregar turun tangan. Abyadi pun langsung menyambangi pihak BPJS Kesehatan rumah sakit. Dari sana, dirinya mendapat informasi bahwa data yang ada dalam kartu Jamkesmas W tidaklah sama dari data dari Kementrian sosial.
Perbedaan data hanyalah ada pada nama orang tua W. Lalu Abyadi pun meminta pihak BPJS rumah sakit menghubungi kepala cabang BPJS terkait. Sembari dirinya pun menghubungi Sekretaria Daerah Kabupaten Langkat, Indra Salahuddin untuk menjamin warganya. Sebab, jenazah W harus segera dibawa pulang. Dari pembicaraan Abyadi dengan Indra, didapatlah hasil bahwa Pemkab Langkat akan bertanggung jawab atas pembiayaan perawatan.