Malam Kerinduan pada Pahlawan Tjoet Njak Dhien
SENIN (22/12) malam, Laskar Tjoet Nyak Dhien menyesaki ruang pertemuan Hermes Palace Hotel Banda Aceh.
TRIBUNNEWS.COM - SENIN (22/12) malam, Laskar Tjoet Nyak Dhien menyesaki ruang pertemuan Hermes Palace Hotel Banda Aceh. Delapan perempuan inspiratif yang menjadi bintang pada malam itu hadir dalam balutan busana bernuansa etnik khas Aceh Tenggara.
Para Tjoet Nyak Dhien masa kini itu terpilih untuk menerima Tjoet Nyak Dhien (CND) Award 2014 di malam penganugerahan yang bertepatan dengan peringatan Hari Ibu.
Mereka adalah perempuan kreatif di bidangnya masing-masing yang menjadi nominator perdana sejak penghargaan yang didekasikan kepada kaum hawa itu dihelat.
Tak mau ketinggalan, sepuluh finalis duta Cut Nyak Dhien dari generasi yang berbeda meramaikan hajatan yang berlangsung di bawah rinai hujan yang mengguyur Kuta Raja.
Mereka adalah Cut Nyak Dhien muda yang sebelumnya terpilih setelah menyisihkan 25 finalis lainnya yang dinilai memenuhi kriteria yaitu agama, budaya, bahasa, dan estetika.
Kaum hawa muda belia ini sebelumnya telah dikarantina dan melakukan napak tilas menyusuri jejak kesuma bangsa asal Tanah Rencong bahkan hingga ke tempat peristirahatan terakhir sang bunga bangsa di Sumedang, Jawa Barat.
“Kita merekomendasikan kepada pemerintah agar 6 November diperingati sebagai Hari Cut Nyak Dhien. Acara ini digagas untuk mengenang 106 tahun wafatnya beliau,” ujar panitia acara yang dipawangi oleh Laskar Tjoet Nyak Dhien dan Lembaga Adat Kesultanan Darul Aman Padang Makmue.
Dimensi seni terasa kental dalam malam bertajuk “Rindu Kami kepadamu Tjoet Nyak Dhien”. Tari preh jame menghentak ruang pertemuan yang disulap menjadi panggung mini.
Berturut-turut grup vokal dari Laskar Tjoet Nyak Dhien menyuguhkan penampilan terbaiknya lewat tembang-tembang heroik nan membangkitkan patriotisme.
LK Ara, sastrawan asal Gayo pun tampil menyihir tetamu dan para perempuan yang menjadi bintang pada malam itu lewat aksi musikalisasi puisi “Wanita dari Lampadang”.
Suara sang sastrawan yang sudah tak lagi muda itu bertutur tentang ketangguhan wanita Aceh tempo dulu tatkala Belanda bercokol di Tanah Rencong. Meniupkan ruh agama yang sudah demikian menyatu dengan karakter keacehan.
Sepuluh finalis duta Cut Nyak Dhien yang bertarung di malam puncak malam penganugerahan berasal dari berbagai pelosok Aceh.
Mereka adalah Irbah Rea Alvieda, Gebrina Wahyuni, Raudhah Nadia Ariesta, Dewi Isra, Rovia Fadilla, Zaiyatul Husna, Afla Nadia, Rahma Harianti, Putri Indah Mentari, dan Cut Nanda Risma Putri.
Sementara para penerima Anugerah Tjoet Nyak Dhien (CND) Award 2014 terdiri atas delapan perempuan kreatif yang menginspirasi dari berbagai profesi dan bidang.
Masing-masing Hj Illiza Sa’aduddin Djamal (Bidang Pemerintahan), Hj Murniati SE MKes (Bidang Pendidikan), Hj Nurdahri Ibrahim Nain (Bidang Politik), Hj Cut Evita Syachrul (Bidang Kesehatan). Nani HS (Jurnalis), Ainal Mardhiah (Bidang Birokrasi), Hj Kartini (Pengusaha), dan Npva Sari (relawan PMI).