Selasa, 30 September 2025

Sipir Rutan Carep Bantah Cabuli Para Napi

Linus mengatakan, tuduhan enam napi, bahkan disebutkan sampai 30 orang napi yang dicabulinya sungguh keji.

Editor: Dewi Agustina
Pos Kupang/Egy Moa
Kanit PPA Polres Manggarai, Briptu Syamsu, S.H, Kamis (21/8/2014), memeriksa DHS, korban pencabulan oleh oknum sipir Rutan Carep Ruteng, PS, Kamis (21/8/2014). 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Egy Moa

TRIBUNNEWS.COM, RUTENG - Tuduhan enam orang narapidana (napi) di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Carep, Ruteng, Kabupaten Manggarai, yang mengaku dicabuli Linus Soka (52) alias Linus, tak hanya menyakitkan hati Linus. Istri dan anak Linus juga ketiban beban berat yang baru pertama kali mereka alami.

"Istri dan anak saya menangis terus. Setiap hari menangis, mereka sangat malu kalau dilihat tetangga dan orang lain yang mengenal mereka. Mereka tak bisa makan dan minum," tutur Linus kepada Pos Kupang (Tribunnews.com Network) saat jeda pemeriksaan di Mapolres Manggarai, Kamis (28/8/2014).

Linus yang hadir sendirian minta pemeriksaan yang dilakukan oleh Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Kanit PPA) Polres Manggarai, Bripka Syamsu, S.H, dihentikan sementara menunggu kedatangan penasehat hukum Toding Mangasa, S.H, yang belum ada di kantor polisi.

Linus mengatakan, tuduhan enam napi, bahkan disebutkan sampai 30 orang napi yang dicabulinya sungguh keji. Linus membantah semua tuduhan itu.

"Istri saya tahu sikap dan kelakuan saya sehari-hari. Seperti juga saya tentu tahu sikap dan perilaku istri saya. Saya tidak punya kelakuan seperti yang dituduhkan para napi itu," tutur Linus.

"Saya tidak punya kelainan seksual, menyukai sesama jenis. Tidak benar tuduhan itu. Kami sudah lama berkeluarga. Kami punya dua anak, yang satu kuliah kebidanan dan satu lagi masih di bangku SD. Istri dan anak-anak saya sangat terpukul mendengar cerita orang, berita di koran dan televisi," keluh Linus.

"Istri saya bertanya, kenapa saya seperti itu. Saya katakan bahwa saya tidak seperti yang dituduhkan itu. Itu tuduhan tidak benar," katanya.

Kalau nanti tuduhan itu tidak terbukti, Linus akan mengajukan tuntutan hukum supaya nama baiknya dipulihkan.

Linus menjelaskan, bersama pegawai Rutan Carep, ia pernah datang ke rumah Yoseph Yakob (kediaman napi Hendrikus Suryadi alias Endag di Mano, Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur) untuk menyelesaikan masalah yang dilaporkan Endag kepada orangtuanya. Namun, bukan minta maaf, sebab Endag dan teman-temannya menyampaikam laporan yang tidak benar.

"Menuduh melecehkan 'burung' mereka," ujarnya.

Demikian juga pertemuan pegawai Rutan Carep dengan enam orang napi itu di rutan, Rabu (20/8/2014), menurut Linus untuk menyelesaikan masalah karena napi melaporkan hal yang tidak benar kepada polisi.

Linus menuturkan, saat pertemuan dengan napi itu, ia menyediakan sebotol bir dan sebungkus rokok (simbol) permintaan maaf. Simbol itu meniru kebiasaan pada masyarakat Manggarai bila hendak mengurus atau menyelesaikan sesuatu masalah.

"Bir dan rokok saya yang beli. Napi tidak punya uang. Tempat tinggal orangtua mereka juga jauh di kampung. Selama ini yang berlaku di Rutan Carep, kalau terjadi perselisihan antar sesama napi dan napi dengan pegawai Rutan Carep selalu ditempuh damai difasilitasi oleh orang yang lebih tua," kata Linus.

Namun kenapa mesti Linus yang menyediakan bir dan rokok? Menurutnya, inisiatif itu memang muncul darinya supaya persoalan segera diselesaikan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved