Bebaskan Malang Dari Macet
Jalur Malang di Ambang Lumpuh
Saat mobil-mobnl berhenti berbaris, biasanya ratusan motor berlomba. Adu cepat zigzag di antara mobil. Sebagian lagi memilih turun ke bahu jalan dan

TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Sejak dulu, Malang sudah tersohor. Suhu yang sejuk dan panorama alam yang indah menjadi magnet besar.
Kesuburan tanah pertanian menambah daya pikat. Belum banyaknya universitas dan lembaga pendidikan yang berkualitas yang bertebaran di sana.
Jutaan orang berdatangan setiap tahun. Sebagian besar untuk berwisata.
Investasi pun berkembang cepat. Objek-objek wisata terus bermunculan. Ratusan hotel berdiri setiap tahun. Ini rezeki besar buat warga Malang.
Tentu saja para wisatawan tidak datang dengan jalan kaki. Mereka menunggang kendaraan.
Umumnya kendaraan pribadi atau bus-bus carteran, bukan kendaraan umum yang sudah ada.
Walhasil, jalur menuju dan keluar dari Kota Apel ini makin hari makin berjubel.
Cobalah berdiri di tepi jalan antara Singosari-Lawang di pagi dan sore hari.
Lihatlah barisan kendaraan di jalan yang menghubungkan Malang dengan Pasuruan dan Surabaya itu.
Saat melihat barisan kendaraan, dijamin tidak akan bisa mengetahui di mana ekor barisan. "Saking panjang macet", jelas Yosi, warga Singosari.
Selama berjam-jam berdiri di tepi, yang bisa dilihat hanya mobil yang sebentar-sebentar saja bisa bergerak.
Itupun hanya merambat, sebelum kemudian mengerem dan berhenti lagi.
Saat mobil-mobnl berhenti berbaris, biasanya ratusan motor berlomba. Adu cepat zigzag di antara mobil. Sebagian lagi memilih turun ke bahu jalan dan trotoar.
Gaya berkendara mereka membahayakan pejalan atau warga yang sedang berdiri menunggu di tepi jalan
Jalan utama Lawang-Singosari ini masuk jalan nasional. Panjangnya sekitar 24,4 kilometer.
Dalam kondisi normal, cuma butuh 15 menit untuk melahapnya. Tapi, kini butuh waktu 5 km/jam untuk melintasinya.
Berdasar survei Shell pada 2013, lalu lintas di ruas jalan ini rata-rata mencapai 2.888 SMP (satuan mobil penumpang) per jam.
Derajat kejenuhan itu diperoleh dari jumlah kendaraan yang melintas, dibagi kapasitas jalan. Dengan demikian, diperoleh angka derajat kejenuhan dengan 0,80.
“Survei itu dibuat Shell, ketika akan membuat SPBU di ruas jalan Singosari-Lawang,” terang Kabid Lalu Lintas dan angkutan, Dinas Perhubungan Kabupaten Malang, Untung Sudarto, Selasa (26/8/2014).
Berdasarkan survei itu juga diketahui arus lalu lintas akan semakin parah pada 2014 dan 2016 atau paling lambat 2017, jalur akan lumpuh total.
Lumpuh total inilah yang dikhawatirkan Untung. Juga menjadi momok warga Malang Raya dan warga yang akan ke Malang.
“Sejumlah titik menjadi penyumbang kemacetan Sigosari-Lawang. Antara lain pasar Lawang, Pasar Singosari, penyempitan jembatan dan perlintasan kereta api di Singosari,” tutur Untung.
Polres Malang dan Universitas Brawijaya juga telah melakukan survei kepadatan lalu lintas, pada pertengahan September 2013.
Survei dilakukan selama tujuh jam, dari pukul 12.00-19.00 WIB. Hasilnya, pada hari kerja mobil yang melintas mencapai 3.360-5.040 unit dan sepeda motor mencapai 2.100-3.360 unit.
Sedangkan pada akhir pekan, jumlah mobil yang melintas mencapai 4.620-7.140 unit dan motor menjadi 5.880-11.760 unit. (idl/ben/day)