Gelombang Tinggi, Pelabuhan Gilimanuk Lakukan Buka-Tutup
"Penutupan dilakukan karena angin kencang menimbulkan gelombang setinggi 2,5 meter. Cukup berbahaya bagi kapal feri," ucap Saharuddin, Senin (16/6).
TRIBUNNEWS.COM, JEMBRANA - Angin dengan kecepatan hingga 36 kilometer per jam menimbulkan ombak dengan ketinggian hingga 2,5 meter di perairan Selat Bali, sehingga menganggu pelayaran, seperti yang terjadi pada Minggu (15/6) malam hingga Senin (16/6/2014).
Kondisi itu membuat lalu lintas pada penyeberangan dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi (Jawa Timur) ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali, harus diberlakukan sistem buka tutup, yang diprediksi akan bisa berlangsung secara acak hingga tujuh hari ke depan.
Arus kuat dan gelombang laut yang tinggi memaksa otoritas pelabuhan untuk sementara waktu menutup jalur penyeberangan.
Manajer Operasional PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Pelabuhan Ketapang, Saharuddin Koto, mengatakan, penyeberangan sempat ditutup pada Minggu (15/6) pukul 22.30 WIB hingga Senin (16/6) pukul 00.30 WIB.
Di Pelabuhan Gilimanuk, penutupan dilakukan mulai pukul 24.00 Wita hingga pukul 01.40 Wita, Senin (16/6).
"Penutupan dilakukan karena angin kencang menimbulkan gelombang setinggi 2,5 meter. Cukup berbahaya bagi kapal feri," ucap Saharuddin, Senin (16/6).
Secara terpisah, Manajer Operasional ASDP Pelabuhan Gilimanuk, Wahyudi mengatakan, ombak tinggi menyulitkan kapal untuk bersandar. Demikian pula, kendaraan yang hendak masuk ke kapal tidak bisa, karena terhalang ketinggian air.
Akibat penutupan penyeberangan pada Senin dini hari, di Pelabuhan Gilimanuk terjadi antrean kendaraan yang hendak menuju ke Pulau Jawa. “Namun antrean tidak sampai ke luar area pelabuhan, karena penyeberangan belum ramai. Sekarang kan belum masa libur panjang,” jelasnya.
Saharuddin mengatakan, kebijakan buka tutup akan terus dilakukan dengan menimbang kondisi angin dan gelombang di perairan Selat Bali.
Menurut perkiraan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), angin timur dari Australia yang menjadi pemicu angin kencang dan gelombang tinggi di Selat Bali itu masih akan berlangsung hingga tujuh hari ke depan.
BMKG Bali memperkirakan, di pantai selatan Bali, ketinggian gelombang kemarin hingga hari ini antara 1 sampai 4 meter; sedangkan di pantai utara Bali antara 1 sampai 2 meter. Cuaca berpeluang hujan.
Sementara itu, petugas metereologi pada BMKG Banyuwangi, Gigik Nurbaskoro, mengatakan bahwa angin timur dari Australia dengan kecepatan mulai 8 hingga 36 kilometer per jam diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang.
Menurut Gigik, angin timur ini bisa menimbulkan gelombang setinggi 4,5 meter di perairan selatan Pulau Jawa atau Samudera Hindia. "Kalau di perairan Selat Bali, tinggi gelombang bisa mencapai 2,5 meter," ucapnya.
Terkait hal ini, BMKG meminta para nelayan untuk waspada saat melaut mengingat potensi ombak tinggi dan angin kencang masih akan terus berlangsung hingga tujuh hari kedepan.
Gigik mengungkapkan, fenomena angin timur ini biasanya terjadi hingga Agustus mendatang.
"Memang tidak akan setiap hari angin kencang dan gelombang tinggi, pasti ada kalanya reda. Tetapi, para nelayan sebaiknya terus waspada," ucapnya.
Menurut data yang ada, panjang Selat Bali kurang lebih 5 km. Karakteristik fisik Selat Bali antara lain sempit, kedalaman tinggi, dan memiliki arus yang kuat, terutama di antara Ketapang dan Gilimanuk. Bentuk umumnya dari utara hingga selatan menyerupai corong (bottle neck).
Di bagian selatan --di mana bertemu arus dari arah utara Selat Bali dengan arus Samudera Hindia-- merupakan daerah perairan yang sangat subur. Di daerah ini dijumpai kelimpahan ikan Lemuru pada musim-musim tertentu, yang menjadikan daerah ini menarik bagi para nelayan, khususnya nelayan asal Banyuwangi.
Teriakan Tsunami Kagetkan Mastuya
Akibat gelombang tinggi, beberapa rumah warga di kawasan pesisir dekat pelabuhan di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, roboh diterjang ombak besar.
Menurut keterangan Ikhsan, warga setempat, terjangan ombak terjadi pada sekitar pukul 11.00 - 12.00 Wita, Senin (16/6). Ia mengatakan, ombak menerjang sampai sejauh lebih dari 5 meter dari bibir pantai.
"Jauh, air lautnya sampai ke jalan. Lebih dari lima meter, sepertinya sepuluh meteran ini pasang air lautnya," ujar Ikhsan saat ditemui Tribun Bali di lokasi kejadian.
Berdasarkan pantauan Tribun Bali, saat itu jumlah rumah warga yang roboh diterjang ombak sebanyak 5 unit. Akibat dari kejadian tersebut, warga pun mengungsi ke rumah sanak saudara dan tetangga mereka yang masih aman dari terjangan ombak besar. Mereka juga berusaha untuk menyelamatkan harta benda mereka seadanya.
Sadikin, salah-satu warga yang rumahnya roboh, mengaku kehilangan pesawat TV, sebuah almari dan sejumlah perlengkapan dapur karena terbawa ombak.
“Ketinggian gelombang laut ini dua kali dari biasanya. Saat itu saya sedang berada di luar rumah. Tiba-tiba terdengar bunyi gemeretak, dan barang pecah belah berjatuhan. Saat saya lari menengok, ternyata dapur dan rumah saya sudah roboh kena terjang ombak,” ucap Sadikin saat ditemui di lokasi rumahnya. Bongkahan-bongkahan tembok rumahnya terlihat berserakan.
“Kerugian lumayan banyak. Saya kehilangan rumah dan beberapa harta benda. Tapi, yang penting nyawa saya dan keluarga masih selamat,” ujarnya.
Warga lainnya, Mastuya, mengatakan bahwa saat ombak menerjang ia sedang berada di depan rumah. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang menghantam rumahnya, diikuti suara barang-barang yang berjatuhan.
“Karena saat itu mendengar ada warga berteriak `tsunami, tsunami`, maka saya langsung bergegas keluar rumah. Saya sambar anak saya, dan langsung saya gendong keluar dengan berlari. Beruntung, ternyata bukan tsunami,” tutur Mastuya.
Hingga kemarin petang, dengan gotong royong warga masih melakukan pembersihan terhadap puing-puing rumah yang hancur akibat terjangan gelombang.
Di Kabupaten Jembrana, rumah-rumah warga yang roboh akibat terjangan ombak tak hanya terjadi di Kecamatan Negara. Nasib serupa juga menimpa rumah-rumah warga di kawasan pesisir Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya.
Informasi menyebutkan, pada Minggu (15/6), di sana ada tiga rumah roboh, dan belasan lainnya rusak serta terancam ambruk akibat dihantam ombak besar yang terjadi sejak Sabtu (14/6).