Jalur Laut Kini Jadi Favorit Pengiriman Narkoba Antardaerah
Bandar narkoba terus berupaya mencari celah untuk menjalankan bisnisnya.
Laporan Wartawan Surya M Taufik
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Bandar narkoba terus berupaya mencari celah untuk menjalankan bisnisnya.
Karena jalur pengiriman antarnegara dan antardaerah di bandara dan pelabuhan semakin ketat, belakangan tercium mereka mulai memanfaatkan perahu.
Upaya menggunakan transportasi baru untuk pengiriman narkoba itupun, sudah terendus petugas Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur dan Ditreskoba Polda Jatim.
"Petugas tentunya semakin waspada serta terus meningkatkan pengawasan untuk mempersempit ruang gerak mereka (pelaku narkoba)," kata Kepala BNNP Jawa Timur Brigadir Jenderal Iwan A Ibrahim.
Pengiriman narkoba menggunakan perahu ini, modusnya, pengedar narkoba mengirimkan barang lewat kapal.
Kemudian, untuk menghindari pelabuhan, ada perahu atau sampan yang menjemput ke kapal itu. Lantas, narkoba dibawa ke pinggir menggunakan perahu.
Hal itu, dilakukan untuk menghindari screening di pelabuhan yang semakin ketat. Padahal, pelabuhan sendiri merupakan jalur alternatif pengiriman narkoba setelah jalur di Bandar juga semakin ketat.
Pergeseran jalur pengiriman narkoba ini mulai terjadi sejak tahun 2013. Sebelumnya, pelaku narkoba antarnegara memilih jalur barat untuk masuk ke Indonesia. Di antaranya, Jakarta, Aceh, Medan, Riau dan Batam.
Karena di sana semakin ketat, sejak 2013 mereka bergeser lewat jalur timur. Jalur itu termasuk Surabaya, Manado, Timor Timur, dan sebagainya.
Awalnya, pelaku menggunakan bandara, karena semakin ketat, mereka lantas bergeser ke wilayah pelabuhan laut.
"Termasuk melalui daerah-daerah perbatasan, seperti Entikong dan sebagainya," sambung Iwan.
Lewat pelabuhan, pengiriman sebelumnya menggunakan cara memasukkan narkoba di dalam barang kiriman di dalam kontainer.
Hal ini terendus petugas, dan bahwa sudah ada beberapa yang terungkap. Kemudian, mereka masih terus berupaya mencari celah, salah satunya menggunakan perahu.