Rabu, 1 Oktober 2025

Gunung Kelud Meletus

Kocar-kacir, Belum Berani Pulang

Tanpa bantuan dan perlindungan, sampailah mereka di Kelurahan/Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar

Editor: Hendra Gunawan
Tribun Jogja/Hasan Sakri Ghozali
Sejumlah petugas membersihkan runway Bandara Adisutjipto, Sleman, DI Yogyakarta dari abu vulkanik Gunung Kelud, Sabtu (15/2/2014). Sekitar seribu personel TNI dikerahkan untuk membersihkan kawasan Lanud dan Bandara Adisutjipto yang tertutup abu vulkanik hingga setebal 5 sentimeter. TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG -- Letusan Kelud banyak tidak diantisipasi oleh berbagai pihak. Dampaknya, masih ada juga warga yang tidak tahu harus kemana saat bencana datang.

Seperti dialami warga sejumlah dusun di Desa Magersari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang Saat Kelud meletus, Kamis (13/2) tengah malam, mereka lari kocar-kacir menyusuri sawah, ladang, dan perbukitan, untuk menyelamatkan diri. Tanpa bantuan dan perlindungan, sampailah mereka di Kelurahan/Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, sekitar 40 kilometer dari tempat asal.

Kemarin, Minggu (16/2/2014), mereka belum berani kembali lagi ke kampung halaman, karena khawatir terjadi letusan susulan. "Saat Kelud meletus, warga kami mengungsi ke mana-mana, ada yang ke Pujon, Batu, ke Blitar, bahkan mungkin juga ke tempat lain. Desa kami sekarang sepi," kata Damari, Kades Magersari, Kecamatan Ngantang, saat menjenguk warganya yang mengungsi di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jalan Bromo, Kelurahan/Kecamatan Wlingi.  Kades Damari tak tahu persis kemana saja warganya mengungsi.

Ia hanya mendapat informasi bahwa warga Dusun Gombong, Desa Magersari, banyak yang mengungsi ke Batu dan Pujon. Sedangkan warga Dusun Claket, sekitar 350 KK, kebanyakan ke Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Warga Claket yang kemarin ditampung di kantor BPBD Wlingi itu terdiri dari laki-laki, perempuan, nenek-nenek, kakek-kakek, dan bahkan anak-anak balita.

Mereka datang secara bergelombang setelah Kelud meletus. Mereka gentar karena letusan gunung setinggi 1.731 meter dpl begitu menakutkan. Claket sangat rawan terkena dampak letusan karena hanya berjarak sekitar 5 kilometer sisi utara dari puncak Kelud.
"Saat terjadi letusan, warga langsung lari berhamburan, semburat, untuk menyelamatkan diri masing-masing. Kami menempuh jalan masing-masing sehingga tercerai-berai," kata Sampun, 64, ketua rombongan pengungsi di kantor BPBD Wlingi kemarin.

Untuk sampai ke Kecamatan Wlingi, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari dusun asalnya, mereka hanya berjalan kaki, dengan menyusuri jalan persawahan dan perbukitan. Itu artinya, jika saat itu Kelud kembali memuntahkan material letusan, nyawa mereka bisa terancam. 

Sebelum sampai ke Wlingi, mereka terlunta-lunta di sepanjang perjalanan. Sempat juga menginap di tengah jalan, dan pos kamling, di antaranya di Kecamatan Doko, atau sebelah utara Wlingi.

"Akhirnya, kami disarankan oleh pak tentara sama pak polisi, agar menuju ke kantor sini saja (BPBD Wlingi). Dari Doko, kami diangkut dengan mobil BPBD (milik Kabupaten Blitar)," ujar Sampun.

Di kantor BPBD Kabupaten Blitar, tak ada pengungsi lainnya, kecuali rombongan dari Desa Magersari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, itu.

Sampai Minggu siang itu, mereka belum tahu nasibnya, apakah tetap akan bertahan di kantor BPBD atau ke mana. Yang jelas, mereka belum berani pulang ke kampung halaman karena takut bahaya susulan, termasuk kemungkinan luapan lahar dingin atau gas beracun. 

"Mendingan kami tinggal di sini dulu, sampai Kelud benar-benar dinyatakan aman. Sebab, kondisi di desa kami sekarang ini benar-benar mencekam dan kosong karena ditinggalkan warga. Desa kami paling dekat dengan puncak Kelud," ujarnya.

Selama kejadian meletusnya Kelud, Kades Damari belum mendapatkan informasi sedikitpun terkait peristiwa itu. "Mulai sebelum meletus dan sampai meletus, kami tak tahu perkembangan apa-apa, karena tak ada yang memberi tahu. Tak ada petugas atau perwakilan BPBD yang menginformasikan ke kami atau ke warga. Padahal, desa kami itu yang paling dekat jaraknya dari Gunung Kelud," ujarnya.

Akibat tak ada informasi itu, warganya menyelamatkan diri menurut cara mereka masing-masing. Kades Damari memperkirakan sampai kemarin sekitar 50 persen warganya belum kembali. Ia memprediksi, warga yang lari ke Blitar tak hanya mengungsi ke Wlingi, melainkan juga ke Garum dan Gandusari.

Hafie Lutfi, Kepala BPBD Kabupaten Malang, menyatakan akan berkoordinasi dengan BPBD Pemkab Blitar terkait hal ini. "Kalau soal bencana dan penanganannya itu tak ada batas. Kami tahu hal itu, sehingga kami akan berkoordinasi dengan Blitar agar memberikan perhatian pada pengungsi asal Malang itu," paparnya kemarin.

Menurut Hafie, kejadian letusan Gunung Kelud itu sangat cepat dan mendadak sehingga pihaknya tak bisa mengantisipasi secepat itu. Apalagi, korban terbanyak justru berasal dari warga Kabupaten Malang, yang ada di utara gunung berapi itu, termasuk Kecamatan Ngantang.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved