Dermawan dari Jakarta Ingin Biayai Yadal Si Bocah Pengelana
Kisah Yadal, bocah pengelana di Polewali Mandar untuk mendapatkan orangtua asuh, banyak mengundang simpati.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Reza Gunadha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisah Yadal, bocah 12 tahun yang selama setahun terakhir berkelana dengan berjalan kaki di Polewali Mandar untuk mendapatkan orangtua asuh, banyak mengundang simpati para dermawan.
Tak hanya dermawan di wilayah Sulawesi, bahkan seorang warga Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, bernama Ani kukuh berniat menjadi orangtua asuh anak malang tersebut.
Keinginannya tersebut, ia sampaikan kepada Redaksi Tribunnews.com melalui surat elektroniknya, Jumat (10/12/2014).
"Saya dan suami mau membantu Yadal. Apakah bisa dibantu bagaimana caranya mempertemukan Yadal dengan kami? Saya bisa dihubungi di 0813 193XXXXX," tulis Ibu Ani dalam surat elektroniknya.
Saat dihubungi Tribun, Jumat sore, Ani menuturkan awalnya sang suami yang membaca berita tersebut di http://www.presnapress.com/regional/2014/01/09/cari-orangtua-angkat-bocah-sd-ini-jalan-kaki-se lama-setahun
"Setelah itu, dia (suaminya) memberitahu saya, dan kami sepakat untuk menjadi orangtua asuh anak itu," tuturnya.
Namun, niat mulia Ani dan suaminya tersebut belum bisa langsung diwujudkan.
Pasalnya, menurut informasi yang dihimpun, Yadal kekinian malah melanjutkan perjalanannya untuk mencari orangtua asuh. Ia, pada Kamis (9/1/2014), sempat diserahkan kepada Dinas Sosial setempat.
Setahun Menjadi Pengelana
Yadal (12), bocah kelas VI sekolah dasar di Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, selama setahun berkeliling dari kampung ke kampung di daerah itu untuk mencari orang yang bersedia menjadikannya anak angkat.
Dengan tekad yang kuat untuk bisa melanjutkan sekolah, Yadal meninggalkan Ayahnya di Matangganga, sebuah dusun terpencil di Polman.
Selama setahun, Yadal berkeliling sambil membawa selembar akta kelahiran dan fotokopi kartu keluarga serta beberapa lembar seragam sekolah dan sarung.
Rabu (8/1/2014), Yadal ditemukan warga sedang terdampar di kawasan Tambak Mampie. Kisah Yadal ini berawal saat dia diminta oleh ayahnya, Dilang (60), untuk berhenti sekolah karena keterbatasan biaya.
Dilang adalah petani penggarap, yang penghasilannya tak bisa menghidupi anaknya itu. Dilang bahkan meminta Yadal untuk bekerja membantunya mencari nafkah.
Kala itu, Yadal yang baru naik ke kelas VI SD merasa terganggu.