Ekonomi Hijau Harus Libatkan Masyarakat
Dengan mengadopsi jalur pembangunan hijau dengan melibatkan masyarakat untuk mengembangkan sumber-sumber penghidupan

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Fatimah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Low Emission Capacity Buidling (LECB) program Indonesia, Senin (2/12/2013) kemarin mengadakan sesi pemaparan mengenai perspektif praktis tentang proses transisi Indonesia menuju Ekonomi Hijau yang dibawakan oleh Pavan Sukhdev, seorang pakar dunia Ekonomi Hijau dalam Kuliah Umum dengan judul "Penghitungan Nilai Ekosistem adalah Komponen Penting untuk Pendapatan atau PDB Bagi Masyarakat Miskin" yang digelar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dalam rilis yang diterima Tribun Jabar (Tribunnews.com Network), Selasa (3/12/2013), ekonomi hijau adalah strategi logis untuk menyelaraskan target pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020 dengan upaya sendiri, dan sampai 41 persen dengan bantuan internasional, pada tahun 2020 relatif atas skenario business as usual, dengan tetap mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.
Dengan mengadopsi jalur pembangunan hijau dengan melibatkan masyarakat untuk mengembangkan sumber-sumber penghidupan yang serasi dengan alam, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menggunakan jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Barang dan jasa alam adalah barang dan jasa publik, bila kita gagal dalam mengelola barang publik, yang paling rentan akan menderita kerugiannya adalah masyarakat miskin," kata Pavan.
Dalam kunjungannya di Indonesia, Pavan memberikan serangkaian kuliah umum dan pelatihan sebagai bagian dari kegiatan pengembangan kapasitas terkait pemahaman tentang transisi menuju Ekonomi Hijau. Indonesia, bersama 25 negara lain di dunia berkolaborasi dalam program Low Emission Capacity Builiding (LECB) yang diluncurkan secara global pada bulan Januari 2011 sebagai bagian dari kolaborasi antara Uni Eropa dan UNDP.
Pavan juga mengatakan, ia menghargai langkah yang diambil Indonesia dalam memulai insiatif-inisiatif rendah emisi.
"Dibandingkan beberapa negara lain yang telah saya kunjungi, Indonesia beruntung karena para pemimpinnya sadar akan pentingnya ekonomi hijau," katanya.
Pengembangan kapasitas emisi rendah adalah bagian dari komitmen Indonesia untuk pembangunan berkelanjutan. Komitmen ini telah diterjemahkan ke dalam Rencana Aksi Nasional yang menyeluruh yang dikenal sebagai RAN-GRK (PP No. 61 Tahun 2011). Indonesia juga aktif terlibat dalam inisiatif global REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). (tif)