Senin, 6 Oktober 2025

Perempuan Tangguh Penambang Emas

Tati (35), perempuan penambang emas tradisional di Desa Tambang Sawah Provinsi Bengkulu

Editor: Budi Prasetyo
KOMPAS.com/Firmansyah
Perempuan penambang emas tradisional di Desa Tambang Sawah, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu 

P

TRIBUNNEWS.COM BENGKULU,  – Keringat bercucuran dari wajah dan tubuh Tati (35), perempuan penambang emas tradisional di Desa Tambang Sawah, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Cangkul tanah dan karung adalah perkakas yang akrab dengan kesehariannya.

Menjadi penambang tradisional dengan tubuh penuh tanah dan pakaian kotor, mungkin tak pernah menjadi impian ibu anak lima ini. Namun takdir berbicara lain. Sejak suami tercinta menderita sakit keras, praktis seluruh tanggung jawab keluarga ada pada dirinya, ibu sekaligus ayah.

Tati memiliki lima orang anak yang masih kecil, dua di antaranya masih bersekolah. Sementara tiga lainnya harus rela mengenyam pendidikan hingga pendidikan menengah saja. Telah satu tahun ia menggantungkan hidup dari lubang ke lubang tambang emas tradisional yang dibuat oleh kaum pria.

“Setelah satu tahun menambang emas, saya cukup bersyukur mampu menghidupi keluarga di tengah kondisi suami yang mengalami sakit keras, sehingga tidak bisa bekerja,” kata Tati sambil mengais tanah dari lubang tambang sambil berharap terdapat kandungan emas, Jumat (21/11/2013).

Ia menjelaskan, cara kerja yang telah ia tekun selama satu tahun itu. Menurut Tati, biasanya para pekerja tambang tradisional bekerja secara kelompok. Dalam satu kelompok terdiri lima hingga enam orang. Sebelum membuat lubang tambang dengan keahlian yang didapat secara temurun, mereka dapat mendeteksi titik mana yang memiliki kandungan emas.

“Setelah tempat yang diperkirakan ada kandungan emasnya didapat, maka kaum pria akan mulai menggali lubang dan tanah yang digali itu untuk dikumpulkan. Dari tanah itu, lalu diproses lagi dengan hati-hati dan panjang (lama), baru kami mendapatkan emas,” kata Tati.

Dalam sehari, Tati mampu membawa delapan karung tanah untuk dibawa pulang ke rumah dengan menyewa ojek. Tati mesti membayar Rp 5.000 per karung. Setelah tiba di rumah, tanah tersebut diolah lagi guna mendapatkan emas dan juga perak.

Menurutnya, meski ia mampu mengumpulkan tanah mengandung emas delapan karung per hari, namun itu tidak berarti ia mampu menghasilkan emas banyak. “Delapan karung tanah itu sudah hebat bisa dapat dua gram emas murni, karena masih melihat kadar emas. Kalau kadarnya 20 persen, maka dihargai Rp 30.000. Paling tinggi 60 persen kadarnya di sini, dihargai Rp 200.000 oleh pengumpul emas, itu pun dengan proses waktu tidak kurang dari satu minggu,” paparnya.

Hal yang sama juga dibenarkan oleh ibu Nui (50), salah seorang rekan Tati. Nui mengaku sudah puluhan tahun ia menjadi penambang emas tradisional. Selama menambang, ia tidak pernah masuk ke lubang yang sangat dalam. Rekannya biasa melubang hingga ratusan meter ke perut bumi.

“Kami hanya mengharapkan pemberian tanah saja dari kaum pria yang masuk ke dalam lubang karena kepercayaan di sini kaum perempuan tidak boleh masuk ke lubang berbahaya,” jelasnya.

Menurut mereka, tidak kurang dari 20 orang kaum perempuan yang bekerja sebagai penambang emas tradisional di kawasan itu tepatnya di Desa Tambang Sawah. Desa Tambang Sawah, sebenarnya diapit oleh kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).

Kepada Kompas.com, para penambang mengklaim mereka secara temurun telah menambang di lokasi itu yang merupakan tanah marga atas izin dari Pesirah sejak 1972.

Kedua perempuan itu menuturkan, kegiatan menambang di lokasi yang luasnya tidak kurang dari tiga hektar itu dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Maklum kawasan tersebut merupakan tambang emas sisa kolonialisme Inggris dan Belanda.

“Saya adalah generasi kelima menambang di lokasi ini dari kakek buyut saya, dan herannya emasnya tidak habis-habis, walau memang hasilnya tidak banyak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” kata salah seorang anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Tambang Sawah, Zulkarnain.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved