Jumat, 3 Oktober 2025

Pemimpin Ideal Menurut Dr HC Joko Widodo

Pemimpin, kata Jokowi, harus melihat langsung kondisi riil di masyarakat, berinteraksi dengan warga, dan kalau perlu, makan bersama mereka.

Editor: Dahlan Dahi
Tribun Jateng/Galih Priatmojo
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo saat berorasi di depan auditorium Muhammad Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (26/10/2013). 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Priatmojo

TRIBUNNEWS.COM  - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (26/10/2013), memberi gelar doktor honoris causa kepada Joko Widodo atau Jokowi.

Gubernur DKI Jakarta itu diundang memberikan orasi. Itu merupakan rangkaian acara peringatan HUT ke-55 UMS.

Dalam orasinya, Jokowi bercerita soal kepemimpinan, mengenai pengalamannya mengelola Jakarta.

Dalam orasinya, Jokowi menyebut bahwa sejumlah prestasi yang dicapainya selama satu tahun memimpin Jakarta adalah karena rajin turun ke lapangan. Menurutnya sebagai pemimpin hendaknya tak boleh malas untuk turun ke lapangan, mau melihat langsung kondisi riil masyarakatnya.

Pemimpin, kata Jokowi, harus rajin turun ke lapangan. Harus melihat langsung kondisi riil di masyarakat, berinteraksi dengan warga, dan kalau perlu, makan bersama mereka.

Pendekatan tersebut membuat Jokowi masuk sampai ke akar persoalan. Juga, membuat masyarakat Jakarta percaya kepadanya. Modal itulah --pengetahuan pada akar masalah dan kepercayaan rakyat-- yang dipakai Jokowi untuk menata Jakarta secara efektif dan efisien.

"Pemimpin itu ya harus bisa menguasai medan," ujarnya. "Kalau nggak turun ke lapangan mana tahu kita kondisi sebenarnya."

Jokowi memberi contoh penataan kaki lima di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Di sini, preman menguasai pasar. Dari blusukan, turun ke lapangan, Jokowi mengetahui bahwa preman Tanah Abang mendapat iuran dari pedagang yang berjualan di badan jalan hingga Rp 6 miliar sehari.

"Nah, kalau kita cuma monitor saja di ruang kantor mana bisa menyelesaikan soal Tanah Abang itu," kata Jokowi. 

"Kita interaksi dengan warga itu juga menimbulkan efek trust dari mereka ke kita. Gimana bisa percaya sama pemimpinnya kalau nggak pernah dialog langsung," ungkapnya.

Jokowi juga bercerita tentang Tanah Tinggi, kawasan yang letaknya tak jauh dari kantor tempatnya bertugas sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Setelah blusukan, Jokowi kemudian tahu bahwa di kawasan tersebut ada warga miskin yang sakit tapi tak mampu mendapatkan pengobatan yang layak. 

Karena miskinnya, banyak warga yang sakit hanya berbaring saja, tidak ke rumah sakit. Mereka tidak mampu membeli obat.

"Dari temuan-temuan itu di lapangan kemudian saya meluncurkan yang disebut Kartu Jakarta Sehat. Begitu saya dilantik Oktober tahun lalu, bulan November saya sebar itu KJS. Meski sempat mendapat ganjalan dari para (anggota) dewan tapi mau nggak mau itu harus segera diadakan karena memang faktanya di Jakarta banyak warga yang tak mampu mendapatkan layanan kesehatan secara baik dan terjangkau," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved