Oded akan Fokus Urus Birokrat di Pemkot Bandung
Dua hari sebelum pelantikannya, Oded M Danial masih menyediakan waktu untuk bertemu dengan wartawan
TRIBUNNEWS.COM – Dua hari sebelum pelantikannya, Sabtu (14/9/2013), wakil wali kota Bandung terpilih, H Oded M Danial, masih menyediakan waktu untuk bertemu dengan wartawan di sela kesibukannya mempersiapkan pelantikan. Saat itu Kang Oded, sapaan akrabnya, sibuk menerima kedatangan orang tua dan saudara-saudaranya di kediamannya, Jalan Karya No 2, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo.
Kepada wartawan Tribun Jabar Dedy Herdiana, Kang Oded dengan penuh keterbukaan mengungkapkan program yang menjadi fokus bagiannya dan tantangan paling berat yang harus dijalaninya. Berikut petikannya:
Tribun Jabar: Program 100 harinya sudah ada?
Oded M Danial: Ya, sudah ada. Saya bersama beliau (Ridwan Kamil, Red) sudah menyiapkan. Mulai soal infrastruktur hingga penanganan PKL (pedagang kaki lima) dan sampah. Jadi cukup banyak yang ingin kami benahi. Yang pasti, kami akan mendahulukan program-program yang sifatnya langsung berkaitan dengan masyarakat. Tapi pada prinsipnya saya sebagai wakil akan mem-back up all out wali kota.
Adakah pembagian tugas antara wali kota dan wakilnya?
Sesuai hasil pembicaraan, beliau akan fokus pada pembangunan fisik dan saya mendapat porsi fokus pada pembenahan internal birokrat. Tapi bukan berarti kami akan kerja masing-masing dalam artian sendiri. Kami tetap akan terus berkoordinasi. Jadi bukan berarti beliau tidak akan ikut melakukan pembenahan internal. Kami tetap melakukannya bersama-sama.
Dalam pembenahan internal itu apa yang akan pertama kali diakukan?
Saya akan memulai dengan pembenahan internal birokrat itu dengan cara membangun kebersamaan dan penuh cinta. Jadi saya akan coba mengajak dari hati ke hati.
Biasanya pemimpin baru selalu melakukan rotasi jabatan. Bagaimana dengan Kang Oded?
Nah, ini, soal rotasi memang sudah banyak dihebohkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Banyak gosip yang berseliweran tentang itu. Tapi saya hanya tersenyum saja. Karena saya membangun Kota Bandung dengan penuh cinta. Saya akan berupaya tidak terpancing. Saya tidak boleh marah. Saya harus tetap fokus membangun SDM-nya. Membangun SDM itu bagi saya seperti membangun hati, maka harus dilakukan dengan cinta, tidak emosional. Saya punya keyakinan, karena mereka juga manusia punya akal dan hati yang tentunya akan memiliki visi yang sama untuk perbaikan dalam membangun kotanya. Karenanya saya bersama Kang Emil tidak akan langsung melakukan rotasi. Kami akan lihat dulu apakah para pimpinan SKPD yang sekarang ini mau bekerja sama untuk melakukan perbaikan Kota Bandung atau tidak.
Ada target waktu kapan melihat para pimpinan SKPD itu bisa berkeja sama atau tidak?
Kalau memang ada yang tidak bisa mencapai target seperti yang kami inginkan, tentu kami akan melakukan komunikasi secara persuasif. Sebab, kalau tidak ada target, ya tentu jelek juga. Tapi yang jelas hingga tiga bulan ini tidak akan ada rotasi. Kami akan rangkul dulu semua untuk bisa bersama-sama melakukan perbaikan. Kami tidak akan melihat lagi ke belakang apakah dulu mereka mendukung atau tidak. Kami tidak akan mendendam karena itu akan menyiksa hati sendiri.
Langkah apa yang akan dilakukan Kang Oded mencapai target program 100 hari?
Ya, kami punya langkah strategis. Yang jelas, bukan zamannya menjadi pimpinan hanya ongkang-ongkang di belakang meja. Ini juga akan bertolak belakang dengan saat masa kampanye yang giat blusukan ke masyarakat. Maka selain merangkul semua internal di pemerintahan, saya juga tetap konsisten selalu turun ke masyarakat. Kebetulan saya punya bekal sejak awal sebagai ustaz yang setiap Jumat bisa menjadi khatib di setiap kecamatan. Kesempatan ini akan saya manfaatkan seefektif mungkin. Jadi, bisa saja nanti selepas menjadi khatib, saya bisa ketemu dengan camat dan lurah-lurahnya serta tokoh masyarakat, bahkan bisa langsung bertegur sapa dengan masyarakat.
Apa yang dilakukan dalam pembenahan reformasi birokrasi Pemkot Bandung?
Untuk penerapan reformasi birokrasi, saya akan lihat dulu sejauh mana permasalahannya. Sebab, saya orang baru di eksekutif. Walaupun sudah menjadi anggota DPRD Kota Bandung selama dua periode, tetap saja saya belum tahu banyak dan mendalam soal eksekutif. Jadi penerapan reformasi birokrasi akan saya jalankan bertahap. Saya tidak mau menggunakan cara radikal, yang langsung merombak demi reformasi. Saya kira itu tidak bijaksana. Kami akan coba dulu dengan mengajak bersama pada perbaikan.
Apa tantangan terberat dalam memimpin Kota Bandung?
Saya kira, yang paling penting dan menjadi tantangan terberat adalah berusaha menjaga soliditas antara wali kota dan wakilnya. Sebab, kalau keduanya tidak solid, pasti pembangunan pun akan jadi kurang maksimal. Tapi jika keduanya solid dan seluruh masyarakat mendukung, beban yang paling berat pun akan terasa ringan. (*)