60 Wanita Diwisuda Sebagai Waranggono
Menjadi waranggono atau sinden di Kabupaten tidak hanya cantik atau bisa menyanyi saja, mereka juga harus mengikuti serangkaian proses
TRIBUNNEWS.COM , TUBAN - Menjadi waranggono atau sinden di Kabupaten Tuban ternyata tak mudah. Tidak hanya cantik atau bisa menyanyi saja, mereka juga harus mengikuti serangkaian proses yang telah dipakemkan sebelum bisa disebut Waranggono tulen.
Tahun ini ada 60 wanita yang layak disebut 'Waranggono.' Mereka bisa disebut seperti itu karena telah diwisuda oleh para pelaku seni tradisional Tayub di Pemandian air Bektiharjo, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Rabu (11/9/2013).
Selain waranggono, wisuda ini juga diikuti oleh 300 Pramugari Tayub (pria pendamping waranggono), dan pemimpin karawitan, serta Dinas Industri Perdagangan Pariwisata Seni Budaya (Disperpar) Pemkab Tuban yang merupakan inisiator dari wisuda ini.
Prosesi sakral ini berlangsung mulai pukul 10.00. Ketika itu para waranggono berjalan mengelilingi kolam Pemandian air Bektiharjo, sembari berdoa agar setelah diwisuda para seniman tradisional ini diberkati, serta melemparkan kembang tujuh rupa ke dalam air.
Selanjutnya, mereka berjalan ke dalam kolam air, lalu menggelar prosesi siraman dengan jalan membasahi wajah dan kepala satu persatu. Mereka lalu mempertontonkan kepiawaiannya menjadi waranggono semalam suntuk.
Menurut Kepala Disperpar Pemkab Tuban Farid Achmadi, wisuda ini merupakan puncak kegiatan dari rangkaian pembinaan Pemkab Tuban pada seniman tradisional.
Sebelum diwisuda, para waranggono ini mengikuti serangkaian kegiatan yang dipakemkan Disparsebud Tuban. Diantaranya, menari Tari Gambyong, olah vokal, pemahaman hikayat kuno, serta tata busana yang sopan hingga perilaku saat pentas.
"Acara budaya ini rutin kami lakukan, bahkan telah menjadi agenda kegiatan tahunan Pemkab Tuban. Total peserta yang ikut dalam wisuda ini ada 300 orang," ungkap Farid saat wisuda tersebut berlangsung, Rabu.
Farid menjelaskan, lama seorang waranggono belajar sinden berbeda satu dengan lainnya. Ada seseorang yang belajar setahun, ada pula yang belajar menjadi sinden selama dua tahun. Lulus atau tidaknya seseorang ditentukan oleh kemampuan seseorang memahami ajaran Waranggono dari para pengajar, yang tak lain adalah senior mereka sendiri.
Setelah menyelesaikan beragam kegiatan berkesenian dan dinyatakan lulus, mereka baru diikutkan wisuda waranggono. Rangkaian kegiatan tersebut, merupakan upaya murni untuk pelestarian seni budaya khas Tuban.
"Ini merupakan salah satu cara kami melestarikan budaya khas Tuban," kata Farid.