Ramadan 2013
BPOM Kupang Periksa Makanan Buka Puasa
Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) Kupang memeriksa sampel makanan siap saji untuk buka puasa
Laporan Wartawan Pos Kupang, Hermina Pello
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) Kupang memeriksa sampel makanan siap saji untuk buka puasa di sepanjang jalan di Kota Kupang.
Demikian diungkapkan Kepala BPOM Kupang, Ruth Diana Laiskodat, S.Si, Apt, MM, yang ditemui di sela kegiatan pengujian sampel makanan di Jalan WJ Lalamentik, Rabu (10/7/2013).
"Dalam rangka bulan puasa, kami melakukan pengujian terhadap produk makanan yang dijual khusus untuk makanan buka puasa di Kota Kupang karena masih didapati produk pangan yang menggunakan baham berbahaya seperti formalin, boraks, rhodomin B atau pewarna sintetis berwarna merah dan methanyl yellow atau pewarna sintetis kuning.
Pengawasan ini kami lakukan selama bulan Ramadan terhadap makanan di gerobak, tenda, sepanjang jalan di Kota Kupang. Makanan yang diuji misalnya cendol, kue-kue dan lainnya," ujarnya.
Dia mengungkapkan, pengujian mulai dilakukan tanggal 10 Juli 2013, dimana ada dua tim yang turun yakni di Jalan WJ Lalamentik dan di depan bekas Kantor Bupati Kupang.
"Ada dua tim yang turun dengan mobil laboratorium keliling untuk melakukan pengujian produk pangan untuk makanan buka puasa, selain pengawasan di toko, pengawasan parsel, produk-produk yang berizin," ungkapnya.
Ia menambahkan, untuk minggu kedua, akan dilakukan pengawasan dengan mobil keliling di Flotim, Sikka dan Ende. Ruth menjelaskan, ada produsen atau penjual yang belum tahu mengenai penggunaan bahan yang mengandung boraks, formalin, pewarna tekstil kuning dan merah, ada juga yang sudah tahu dan sengaja menggunakannya.
"Tetapi di daerah kita ini, lebih banyak yang belum tahu produk yang mengandung bahan berbahaya. Terhadap produk ini harus dimusnahkan dan penjual diberikan peringatan. Tapi saat kami melakukan pemeriksaan, kami juga menerangkan kepada penjual, bagaimana memilih bahan untuk membuat produk makanan yang lebih baik, bagaimana memprosesnya dan bagaimana memilih bahan tambahan pangan misalnya itu harus dilihat kemasan," ujarnya.
Dalam kemasan bahan tambahan pangan itu harus bertuliskan bahan tambahan pangan pengawet atau pemanis dan berapa yang bisa digunakan dalam satu kilogram bahan bukan hanya sanksi. Dia mengungkapkan, ada beberapa sampel yang tetap dibawa ke lab untuk diuji lebih lengkap, berapa kadar pengawet, pewarna, pemanis yang dipakai plus pengujian higienes sanitasi.