Sabtu, 4 Oktober 2025

Delapan Pengungsi Myanmar Tewas

Denny Indrayana Minta Maaf Atas Tewasnya 8 Warga Myanmar

Denny menyatakan meminta maaf atas tewasnya delapan orang warga Rudenim yang diketahui bernama

Editor: Dewi Agustina
zoom-inlihat foto Denny Indrayana Minta Maaf Atas Tewasnya 8 Warga Myanmar
TRIBUN JAKARTA/BAHRI KURNIAWAN
Penghuni Rumah Detensi Imigrasi Belawan.

Laporan Wartawan Tribun Medan, Irfan Azmi Silalahi

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Hadirnya Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana ke Medan, dalam kegiatan pembekalan bagi 79 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kanwil Kemenkum HAM Sumut, disambut dengan tewasnya delapan orang pengungsi berkebangsaan Myanmar, yang tengah berada di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Jumat (5/4/2013).

Sesaat sebelum membuka acara bertempat di lantai lima ruang aula Kanwil Kemenkum HAM Sumut, Denny menyatakan meminta maaf atas tewasnya delapan orang warga Rudenim yang diketahui bernama Aye Min (23), Myo Co (20), Aung Thu Win (24), Aung Than (44), Min-min (24), Win Tun (32), Nawe (23) dan Sam Iwin (45), akibat bentrok sesama pengungsi di lokasi Rudenim.

"Tantangan di lapangan meningkat. Karena penghuni Rudenim yang bermasalah itu diisi oleh 480 orang, di mana kapasitasnya hanyalah 50 orang. Sehingga memang tantangan di lapangan berkali-kali lipat. Tetapi petugas kami hanya lima orang yang menjaga 50 orang sekarang menjadi 480 orang terus bekerja," kata Denny.

Didampingi Kakanwil Kemenkum HAM Sumut Budi Sulaksana, Denny menjelaskan sampai saat ini sudah ada 21 orang yang telah menjalani pemeriksaan di kepolisian sektor Belawan. Ia pun menjelaskan, menjadi masalah serius karena setiap tahun imigran-imigran terus berdatangan untuk meminta suaka.

"Tetapi ini suatu tragedi yang sangat disesalkan bisa terjadi. Ini tanggung jawab kami karena ini rumah kami. Itulah realitas di lapangan," ujarnya.

Terpisah, Kasi Registrasi Rudenim Belawan Rida Agustian, saat dikonfirmasi via selulernya menjelaskan kejadian bentrok antarsesama pengungsi Rudenim terjadi pada Jumat dinihari sekitar pukul 01.30 WIB. Pada saat kejadian, petugas yang berjaga malam tersebut hanya lima orang.

Namun tanpa merinci dasar bentrokan, Agustian menjelaskan kejadian tersebut terjadi karena adanya seorang provokator yang membuat suasana di dalam rudenim kian gaduh.

"Dari negaranya sana mereka kan sebenarnya sudah ada konflik. Selain itu ada yang memprovokasi menampilkan foto-foto etnis rohingya yang dibantai di Myanmar. Itu ditemukan petugas di dalam ruangan. Makanya warga rohingya marah dengan warga Myanmar lainnya. Itu dari temuan pihak kepolisian," ujarnya.

Di dalam rudenim sendiri ia menjelaskan tidak hanya diisi oleh warga negara Myanmar, tetapi banyak warga lainnya seperti Irak, Iran, Srilanka, Banglades dan lainnya.

"Mereka ini pencari suaka jadi berbeda perlakuannya dengan orang-orang yang ada di lapas. Kita hanya menjaga mereka mirip warga biasa," ujarnya.

Diakui Agustian, sejak didirikan 2006 silam baru kali ini terjadi bentrokan di Rudenim Belawan.

"Selama ini tidak pernah ada gesekan atau berantem antar negara atau suku. Ini kejadian perdana. Memang, saya ada mendapatkan informasi awal adanya pelecehan seksual yang dilakukan oleh kelompok warga Myanmar terhadap rohingya. Tetapi lebih jelasnya bisa cek ke pihak kepolisian," ujarnya.

Terpisah, pihak United Nations High Commissioner for Refugess (UNHCR) yang berkantor di Jalan Babura Lama No 5 Medan, melalui dua orang sekuritinya menjelaskan, pimpinannya yang berkebangsaan Thailand, sedang tidak berada di tempat dan tengah berada di Belawan.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved