Di Sidoarjo, Harga Tomat Ikut-ikutan Naik
Harga tomat di Pasar Tradisional Larangan, Sidoarjo melejit hingga 150 persen dari harga semula Rp 5.000/kg.
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Setelah harga bawang putih dan merah melonjak, kini giliran harga tomat dan lombok menggila di pasaran.
Harga tomat di Pasar Tradisional Larangan, Sidoarjo melejit hingga 150 persen dari harga semula Rp 5.000/kg.
Melonjaknya harga tomat tidak diketahui secara pasti oleh penjual, karena mereka hanya menerima pasokan dari tengkulak saja.
“Saya tinggal menjual saja. Semua ini mengambil dari tengkulak,” tutur Ny Darmono sembari menunjukkan barang yang baru diambil dari tengkulak.
Perempuan paruh baya itu menduga, naiknya harga tomat dan lombok akibat musim hujan yang kerap melanda. Pasalnya, di beberapa wilayah penanam tomat dan lombok sering kebanjiran sehingga tanaman banyak yang mati. Risikonya tomat dan lombok busuk sehingga harganya melambung. “Ya kan hujan masih tinggi,” sambung Ny Darmono.
Menurutnya, harga tomat saat normal dikisaran Rp 5.000 dan kini menjadi Rp 13.000/kg, harga Lombok yang semula Rp 40.000/kg kini menjadi Rp 47.000/kg. Ia menduga harga lombok tidak sampai Rp 120.000/kg seperti tahun sebelumnya. Diperkirakan Lombok hanya dikisaran Rp 47.000 dan kemungkinan akan turun lagi. Harga Lombok hijau Rp 28.000/kg.
“Harga lombok setelah Rp 120.000/kg turun drastis sampai Rp 8.000/kg. Turunnya harga ya karena sudah banyak pasokan dari petani,” terangnya.
Kenaikan lombok dan tomat tidak banyak mempengaruhi konsumen. Karena sudah masuk menjadi kebutuhan primer untuk setiap masakan. Sementara harga bawang putih dan merah sudah masuk kategori normal antara RP 30.000/kg sampai Rp 35.000/kg.
“Masih banyak kok pembeli karena tidak seperti harga bawang waktu itu,” jelas Ny Darmono.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan, Ir Handajani yang dihubungi, menjelaskan harga lombok dan tomat sangat bergantung dengan cuaca yang ada. Kondisi sekarang ini masih sering hujan sehingga lombok dan bawang perlu penanganan ekstra oleh petani. Selain itu, risiko busuk terhadap kedua jenis tanaman sangat tinggi jika terkena hujan.
“Di Sidoarjo sendiri jarang petani yang menanam lombok atau tomat. Kalau pun ada jumlahnya sangat sedikit. Di Sidoarjo lebih dominan menanam padi, kangkung, sawi dan bayam,” katanya.(anas miftakhudin/surya)