Kamis, 2 Oktober 2025

Ribuan Hektare Sawah Terancam Kekeringan

Sepuluh titik longsor di Desa Kolot, Kecamatan Cilawu, mengalami longsor setiap terjadi hujan deras

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Ribuan Hektare Sawah Terancam Kekeringan
POS BELITUNG/EDHIE JUNICHIRO
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Sepuluh titik longsor di Desa Kolot, Kecamatan Cilawu, mengalami longsor setiap terjadi hujan deras. Longsoran tanah dari sepuluh titik tebing ini kerap menutupi saluran irigasi utama desa sehingga mengancam sistem pengairan ribuan hektare sawah di Kecamatan Cilawu.

Titik-titik longsor tersebut tersebar di tiga kampung dengan ketinggian tebing yang longsor antara 25 sampai 50 meter. Di Kampung Desakolot terdapat tiga titik longsor, satu titik longsor di Kampung Cimaung Kaler, tiga titik longsor di Kampung Cimaung Kulon, dan tiga titik longsor di Kampung Cimaung Kidul.

Sekretaris Desa Kolot, Budi Kundra, mengatakan longsor di sepuluh titik tersebut awalnya terjadi pada 5 Januari 2013. Longsor susulan dengan kekuatan besar terjadi pada 3 Januari 2013.

"Tapi setiap hari dan kalau hujan ya longsor lagi. Warga khawatir longsor susulan akan semakin besar dan berdampak lebih buruk. Sekarang saja longsornya sudah besar-besar. Setiap hujan, tanah akan longsor dan menutupi irigasi di dasar tebing," kata Budi saat ditemui di Desa Kolot, Rabu (13/2/2013).

Menurut Budi, longsor ini mengancam keberadaan saluran irigasi utama Banyulancar. Saluran irigasi yang berhulu di Batukarut dan bermuara di Sungai Cimanuk ini berfungsi sebagai sarana pengairan ribuan hektare sawah di Kecamatan Cilawu.

Selain mengairi 450 hektare sawah di Desa Kolot, ujarnya, irigasi Banyulancar mengairi juga ratusan persawahan lainnya di Desa Mekarmukti, Mangkurakyat, dan desa lainnya di Kecamatan Cilawu.
"Kalau saluran irigasi itu terhambat, pengairan ke ribuan hektare sawah akan terganggu. Terancam gagal panen. Apalagi kalau terjadi longsor besar dan banyak tanah menutupi irigasi, gawat. Soalnya itu satu-satunya saluran irigasi di sini," ucapnya.

Untuk mencegah penyumbatan saluran irigasi, ucapnya, warga bergotong-royong membersihkan saluran irigasi tersebut dari longsoran tanah walaupun longsorannya sedikit.

Budi mengatakan telah mengajukan penanganan sepuluh titik tebing longsor tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Garut. Namun, perbaikan tebing tersebut belum terealisasi.

Warga Desa Kolot, Herianto, mengatakan sejak Januari 2013, dirinya dan warga lainnya hampir setiap hari membersihkan saluran irigasi tersebut dari longsoran tanah.

"Kalau hujan kecil saja, bisa ada longsor dan dasar irigasi jadi berlumpur. Kalau hujan besar, tebing yang sudah longsor itu akan longsor lagi. Lubang longsornya membesar dan membuat tanah di irigasi menumpuk. Pernah juga sampai membendung irigasi," kata Herianto.

Warga berharap pemerintah membangun tembok penahan tanah di tebing pinggir saluran irigasi tersebut. Dengan demikian, longsor dapat dihindari dan warga tidak usah bergotong-royong membersihkan saluran irigasi dari longsoran setiap hari.

Titik-titik longsor di Desa Kolot belum ditanggulangi lebih lanjut. Cerukan longsor dibiarkan menganga tanpa diberi tembok penahan sementara. Tanah pun terus menggelinding dari tebing ke saluran irigasi saat hujan atau saat dilewati warga. (Tribun Jabar/sam)

Baca juga:


Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved