Senin, 6 Oktober 2025

Orangtua Terpaksa Jual Kursi Tamu Untuk Pengobatan Sifa

Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh pasangan Ahmadi (33) dan Amna (33), yang tinggal di Danau Sipin

Editor: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI -- Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh pasangan Ahmadi (33) dan Amna (33), yang tinggal di Danau Sipin, Kelurahan Legok, Kota Jambi. Sudah hampir dua tahun ini, anak bungsu mereka, Husifa (3) didiagnosa  mengidap penyakit jantung bocor oleh dokter anak RSUD Raden Mattaher Jambi sejak berusia 1,2 tahun.

Terlihat sekilas keadaan Husifa baik-baik saja, layaknya anak normal. Hanya saja tonjolan di bagian dada anak ini sudah sangat besar akibat penyakit yang ia idap.

"Kalau dulu cuma sekedar tonjolan, tapi sekarang kalau jatuh atau terkejut langsung kejang-kejang, itu bisa sampai empat kali dalam sehari. Dokter bilang itu akibat dari penyakit Sifa," kata Amna, Ibunda Hasifa kepada Tribun saat ditemui di kediaman mertuanya, di kawasan Simpang Pulai, Selasa (12/2).

Menurutnya, dokter yang pernah merawat Sifa di rumah sakit mengatakan, efek jangka panjang penyakit ini bila tidak cepat diambil tindakan, bisa membuat lumpuh.

Dengan menggunakan Jamkesmas, Husifa sudah tiga kali dirawat di RSUD Raden Mattaher, namun dokter di sana menyampaikan bahwa pihaknya tidak dapat melanjutkan perawatan karena keterbatasan alat. Sifa, harus dirujuk ke rumah sakit lain.

Diungkapkan Amna dokter sejak satu bulan yang lalu telah membuat surat rujukan agar dara tiga tahun ini dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Namun hal itu tidak dapat dijalankan, karena menurut Amna, ia tidak memiliki biaya keberangkatan. Yang ditanggung Jamkesmas hanya biaya pengobatan selama di RSCM, sementara untuk transportasi tidak ditanggung.

"Sekarang kami sedang berusaha untuk cari ongkos berangkat, kami mau jual motor kredit yang kami punya, tapi  belum ada yang mau beli," ujarnya.

Selain sedang berusaha menjual sepeda motor, keluarga kecil ini sudah menjual kursi tamu yang mereka miliki, dan menjual emas setengah suku hasil dari tabungan mereka selama menikah sejak sepuluh tahun yang lalu.

Namun uang hasil dari barang yang mereka jual sudah habis untuk membeli obat selama Sifa dirawat. "Kalau obat kan tidak masuk di Jamkesmas, kata pihak rumah sakit obatnya tidak ada. jadi kami kemarin harus cari uang untuk beli obat di apotek," terangnya.

Ahmadi (33), ayah Sifa, sudah satu minggu terakhir menjadi kuli bangunan di kawasan Kompleks Nurdin. Dikatakan Amna sebelum menjadi kuli bangunan, suaminya sempat ikut orang berdagang ikan, namun ia harus kehilangan pekerjaan itu.

"Waktu Sifa dirawat, dia sekitar satu bulan tidak ikut jualan, karena waktunya untuk menjaga Sifa. Kemaren waktu mau ikut jualan lagi, tapi yang punya ikan bilang tidak usah ikut dulu. Sejak itu sempat nganggur, namun alhamdulillah ada kawannya ngajak jadi kenek bangunan," ujarnya.

Kerja sebagai kuli bangunan ini, dalam satu hari Ahmadi mendapatkan upah Rp 45 ribu. Amna sendiri sebelumnya berprofesi sebagai guru PAUD di dekat tempat tinggalnya, namun karena tidak bisa meninggalkan Sifa yang butuh  perhatian khusus, ia harus berhenti.

Dikatakannya, dokter di rumah sakit sebenarnya menyatakan Sifa setiap dua hari dianjurkan memakan makanan yang bergizi, seperti daging ayam, ikan dan sayur-sayuran, guna menjaga asupan gizi agar penyakitnya tidak bertambah parah. Tetapi sejak ayah Sifa berhenti berjualan, hal tersebut tidak dapat terlaksana, bahkan saat ini Sifa sering hanya makan nasi putih atau terkadang dengan teri goreng.

Kondisi makin berat ketika Amna dan suaminya harus mencari biaya untuk anak sulungnya, Bunga Amelia Putri (9), yang sekarang duduk di kelas 4 SD. Menurut Amna, Amelia dari kelas satu hingga kelas tiga dapat bantuan dana BOS, tetapi sejak naik ke kelas empat ini tidak lagi dapat.

"Ada yang bilang mulai kelas empat ini tidak dapat lagi, karena dana itu akan diberi untuk adik kelasnya, jadi kami harus cari biaya supaya Amel bisa terus melanjutkan sekolah," ungkapnya.

Ibunda Syifa berharap, dalam waktu dekat bisa memberangkatkan anaknya tersebut ke Jakarta, dirinya mengaku sangat takut jika penyakit yang diidap oleh Sifa nanti sampai membuat dara asli Jambi ini tidak dapat berjalan (lumpuh).

Dokter spesialis anak Rumah Sakit Umum Raden Mattaher, Mustarim mengatakan, penyakit tersebut biasa disebut kelainan jantung bawaan. Ada dua jenis penyakit ini, biru dan tidak biru. Kalau biru dikatakannya itu akibat dari darah kotor yang tidak berhasil dibersihkan oleh paru-paru, dan yang tidak biru jika beredar di tubuh itu bagus.

"Kalau biru itu sangat berbahaya, jika mengidap penyakit itu, maka harus segera dioperasi," terangnya. Ditambahkannya jika pengidap penyakit tersebut sudah sering pingsan atau kejang-kejang, maka pengidap harus sesegera mungkin untuk dilakukan perawatan lebih lanjut (dioperasi).

"Kalau di RSUD Raden Mattaher alat untuk mengoperasi belum ada, maka harus dirujuk ke RSCM di Jakarta atau ke Palembang. Jika sudah sampai pingsan atau kejang-kejang, pengidap bukan hanya bisa lumpuh, tetapi itu bisa menghentikan nafas," terangnya. (Tribun Jambi/awang azhari)

Baca juga:


Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved